NEWSWAY.CO.ID, MARTAPURA – Sebanyak 134 siswa dari beberapa sekolah di Martapura dilaporkan mengalami keracunan makanan diduga usai menyantap menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang disiapkan oleh SPPG Tungkaran, Kamis (9/10/2025).

Dari 12 sekolah yang menerima MBG terdapat delapan sekolah yang terdampak dan terdata diduga siswa keracunan MBG, di antaranya :
- MI Assalam
- MTs Assalam
- SMA Assalam
- SDN Pesayanga 1
- SDN Tungkaran
- SD Muhammadiah
- Mts Muhammadiah
- SMAN 1 Martapura
Sebagian besar korban mengalami gejala ringan seperti mual, muntah, dan lemas dan langsung mendapat perawatan di RSUD Ratu Zalecha Martapura.
“Total siswa yang mengalami keracunan sekitar 134 orang, semua ditangani oleh rumah sakit,” ujar Sekretaris Satgas Program Percepatan MBG Kabupaten Banjar, Sipliansyah Hartani, Sabtu (11/10/2025).
Berdasarkan hasil pemeriksaan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar, diketahui bahwa dua jenis makanan, yaitu nasi dan sayur, menunjukkan kandungan nitrat yang bisa menyebabkan gangguan kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah besar.
“Dari hasil laboratorium yang kami terima, nasi dan sayur tersebut memang mengandung unsur kimia nitrat. Dugaan sementara, kontaminasi bisa terjadi saat proses pendistribusian dari dapur ke sekolah,” jelas Sipliansyah.
Ia menegaskan, pihak dapur MBG SPPG Tungkaran secara umum sudah memenuhi standar operasional, namun ditemukan beberapa catatan yang akan diperbaiki.
“Kami sudah meninjau langsung ke lapangan. Secara keseluruhan, dapur sudah sesuai SOP, hanya perlu ada pembenahan di beberapa hal teknis,” tuturnya.
Pasca kejadian tersebut, dapur SPPG Tungkaran milik Yayasan Griya Rizki Babussalam yang melayani 2.416 penerima manfaat MBG, ditutup sementara untuk kepentingan investigasi. Pemeriksaan dilakukan oleh tim gabungan BPOM, Dinas Kesehatan, dan instansi terkait.
Dalam kronologi kejadian, diketahui bahwa makanan dimasak sejak dini hari. Proses distribusi ke sekolah-sekolah dimulai pukul 07.00 hingga 12.00 WITA. Sekitar pukul 14.00, muncul laporan pertama dari sekolah tentang perubahan aroma dan rasa pada menu makanan serta keluhan mual dari siswa.
Menanggapi dugaan kelalaian, Sipliansyah menegaskan bahwa kejadian ini lebih tepat disebut musibah, bukan kelalaian.
“Bukan lalai. Kami menyebutnya musibah, karena tidak semua makanan atau siswa terdampak. Berdasarkan hasil pemeriksaan, hanya sebagian makanan yang terkontaminasi,” tegasnya.
Ia menyebutkan, untuk menjamin kepercayaan masyarakat terhadap program MBG, pihaknya akan melakukan simbolis makan bersama siswa penerima manfaat di sekolah-sekolah.
“Ke depan, pencicip makanan tidak harus guru seperti selama ini, tetapi akan ditunjuk petugas khusus agar lebih aman,” ujarnya.
Pemerintah Kabupaten Banjar menanggung seluruh biaya pengobatan korban, serta akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk pemeriksaan peralatan dapur dan bahan baku di seluruh SPPG.
Selain itu, Satgas MBG juga akan mendiskusikan bersama BGN Pusat terkait kewenangan peneguran dan sanksi terhadap pihak pengelola dapur yang terbukti melakukan kesalahan dalam proses produksi atau distribusi makanan.
“Yang jelas kami tidak ingin kejadian ini terulang. Semua akan dievaluasi, termasuk standar kebersihan dan pengawasan distribusi,” tutup Sipliansyah.(nw)