NEWSWAY.ID, BANJARMASIN – Belakangan ini banyak anak muda yang memanfaatkan waktunya untuk menghasilkan pundi-pundi uang, salah satu caranya yakni dengan menyalurkan hobi mereka.

Salah satu tempat favorit adalah jembatan penghubung antara Kota Banjarmasin dengan Barito Kuala atau dikenal dengan sebutan Jembatan Basit.

Di kawasan tersebut banyak anak muda bergerombol di satu titik dengan segala peralatan kameranya untuk menjepret pengendara yang lalu lalang.

Aktivitas seperti ini disebut dengan photoshoot, yang mana fotografer akan memfoto orang random yang melintasi jalanan kemudian menjual foto-foto tersebut di sosial media bagi siapapun yang tertarik menebus fotonya.

Salah satu pelaku kegiatan, Indra Kurniawan, mengatakan, dirinya mencoba masuk didunia photoshoot guna menyalurkan hobi sambil menghasilkan cuan.
“Pertama di sini karena saya merasa memiliki keahlian gasan (untuk) memoto, kalau yang photoshoot ini menambah teman juga relasi, lalu menambah keuangan juga,” ucap Indra saat ditemui disela-sela kegiatannya, pada Senin (11/3/2024).
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP ULM ini mengaku sudah terjun didunia fotografi selama dua tahun, namun untuk photoshoot sendiri masih baru-baru mencoba.
“Kalonya menekuni profesi fotografi ini sudah dua tahunan, kalau yang photoshoot ini baru-baru aja kurang lebih sebulanan,” katanya.
Tak tanggung-tanggung, usaha photoshoot ini dapat menghasilkan ratusan ribu rupiah setiap harinya.
“Penghasilan tidak menentu, kisarannya itu seratus hingga tiga ratusan, kalau rame tiga ratus, kalau sedikit ya seratusan,” jelas Indra.
Dirinya sendiri mematok harga Rp 5 ribu untuk satu fotonya, tiap orang dapat mengecek fotonya di link g-drive yang akan dishare di akun Instagram @ind.project23, kemudian konfirmasi via WhatsApp untuk pembayaran.
Biasanya, aktivitas photoshoot semacam ini memiliki jam operasional yang beragam, ada yang pagi, siang, sore, hingga malam.
“Tidak menentu kadang pagi, kadang siang, sore, sampai malam ada juga, paling mentok jam sebelas malam,” ungkapnya.
Umumnya, masyarakat atau pengendara yang lewat akan melemparkan semacam kode seperti melambaikan tangan, yang menandakan dirinya ingin difoto.
“Untuk masyarakat umum yang kebetulan lewat ada kami mohon bergaya jadi fotonya lebih bagus dan menarik,” tambahnya.
Fotografer lain, M Rifki Aditya memberikan komentar terkait fenomena photoshoot ini, menurutnya ia senang masyarakat banyak menggemari fotografi, namun disatu sisi ia khawatir kalau itu bisa mengganggu privasi.
“Foto kan lumayan privasi mungkin dari sebagian orang tidak masalah difoto, tapi ada beberapa orang yang tidak mau difoto dipublik,” kata Adit.
Oleh karena itu, ia menyarankan kepada siapapun yang berminat dalam dunia fotografi agar turut mempelajari adabnya.
“Mungkin semakin banyak sekarang gemar sama fotografi, lebih banyak lagi untuk belajar adab berfotografi terutama yang aliran human interest karena fotografi bukan hanya seni melukis cahaya tapi seni untuk mengabadikan momen manusia,” tutupnya.