Sebuah Catatan Perjalanan dari Banjarbaru ke Pulau Bali Bagian 1

by
5 Juli 2024
Penulis saat menunggu keberangkatan di ruang tunggu Bandara Syamsuddin Noor Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Foto.Tim/newsway.id)

Matahari cukup terik ketika saya menuju Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru dengan mobil pribadi saya.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

Kali ini tujuan saya ke Pulau Bali untuk sebuah kegiatan dengan rekan-rekan media yang tergabung di Persatuan Wartawan Indonesia Kalimantan Selatan.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

Kebetulan saya menjadi salah satu delegasi dalam cabang atletik untuk persiapan Pekan Olahraga Wartawan Seluruh Indonesia (Powasnas) yang akan digelar di Kalsel pada bukan Agustus mendatang.

~ Advertisements ~

Kebetulan kami harus melakukan Training Center (TC) di Pulau Bali.

~ Advertisements ~

Jadwal penerbangan kami yang berjumlah lima orang untuk cabang atletik dan beberapa rekan di cabang karya jurnalistik adalah pukul 12.00 sesuai jadwal yang tertera dan tiket dengan menggunankan maskapai penerbangan yang berlambang singa.

Karena penerbangan pukul 12.00 maka saya datang lebih awal, agar bisa lebih santai sambil menunggu jam penerbangan.

Sesampai di bandara yang kebetulan saya sudah chek in sebelumnya tidak harus antre, langsung saja saya masuk ruang tunggu dan sesampainya di ruang tunggu makan di sebuah kedai.

Sekitar pukul 11. 45 belum ada tanda-tanda petugas menyampaikan agar kami para penumpang tujuan ke bandara Ngurah Rai Denpasar untuk bersiap, saya sudah mulai curiga.

Apalagi sebelum masuk, saya sempat ketemu dengan kolega yang bekerja di bandara sebagai porter.

“Kalau pesawat itu (menyebut nama pesawat yang akan membawa saya_red) pasti delay. Dua jam baru dibilang delay, kalau dibawah itu masih biasa,” katanya sembari bercanda.

Saya benar-benar mengingat kata-kata itu, kebetulan di dalam ruang tunggu saya juga sempat bertemu kawan yang tugas di bandara, karena jam sudah hampir pukul 12.00 wita, rekan saya mencoba mengkonfirmasi, entah kepada siapa melalui sambungan telepon.

“Paling cepat pukul 13.30 paling lambat pukul 14.00 wita pesawatmu berangkat,” terangnya kepadaku yang langsung aku respon dengan kerutan dahi.

Artinya saya masih harus menunggu paling cepat satu setengah jam lagi baru bisa berangkat, akhirnya saya mondar-mandir di ruang tunggu ke smooking area untuk membuang jenuh.

Satu bungkus rokok habis hanya dalam waktu dua jam menunggu petugas mengumumkan kami dipersilahkan masuk pesawat.

Hingga sekitar pukul 13.25 petugas menyampaikan penumpang jurusan Denpasar silahkan menuju ke pesawat, tapi ternyata bukan pesawat kami tetapi pesawat lain yang membawa penumpang lain pula.

Dari beberapa informasi penumpang yang sempat saya tanya jadwal pesawat mereka mestinya setelah kami terbang, mau mengeluh rasanya tidak ada artinya.

Akhirnya saya mulai jenuh, rokok habis pesawat belum ada tamda-tanda mau berangkat, saya putuskan masuk ke sebuah toko modern membeli rokok, saat itu sekitar pukul 13.53 menit.

Tiba-tiba suara dari petugas menyebutkan nomor penerbangan kami, para penumpang tujuan Denpasar dipersilahkan menuju pesawat, namun sebelumnya karena alasan keterlambatan kami para penumpang diberikan satu kotak makan dan minum sebagai kompensasi.

Pukul 14. 25 akhirnya kami benar-benar meninggalkan bandara Syamsudin Noor menuju bandara Ngurah Rai Bali.

Ternyata alasan kami delay karena menunggu penumpang transit dari Surabaya.

(Bersambung)

Tinggalkan Balasan

Latest from Blog