NEWSWAY.ID, YOGYAKARTA – Pemkab Kulon Progo, DIY, berupaya meningkatkan kualitas hasil panen padi para petani. Salah satunya dengan memberikan bantuan alat penggilingan gabah yang disebut Rice Milling Unit (RMU).

Keunggulan utama dari alat ini adalah mampu meminimalisir kerusakan gabah saat digiling sehingga hasil panen petani dihargai lebih tinggi.

Anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Ngestiharjo, Sahadadi Mulyono menilai, selama ini harga gabah anjlok karena kualitasnya tidak terjaga. Gabah menjadi rusak saat digiling sehingga harga berasnya turun. RMU diyakini dapat menjadi solusi dari persoalan ini.

“Dengan bantuan alat ini, proses penggilingan gabah menjadi lebih baik serta risiko kerusakannya dapat diatasi sehingga hasil panen petani lebih dihargai,” katanya, Rabu (5/11/2024).

Fasilitas RMU beserta pendukungnya dibangun dengan biaya Rp 455 juta. Biaya tersebut berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Bidang Pertanian, APBD Kulon Progo 2024.
Pemkab berharap, RMU bermanfaat dalam peningkatan perekonomian dan kesejahteraan para petani di Ngestiharjo, Wates.
Pj Bupati Kulon Progo, Srie Nurkyatsiwi mengatakan, dirinya telah melakukan kunjungan di dua lokasi untuk melihat potensi dan kondisi pertanian di Kulon Progo.
Pertama yakni peresmian bangsal pasca panen hortikultura di Kelompok Tani Wahana Tani, Gupit, Karangsewu, Galur, kemudian yang kedua adalah persemian fasilitasi revitalisasi RMU di Ngestiharjo, Wates.
“Kami melihat potensi pertanian Kulon Progo luar biasa, terutama cabai. Terbukti, hasil panen cabai di lahan pasir cukup memuaskan,” kata Siwi.
Ditambahkannya, cabai merupakan salah satu komoditas unggulan sub sektor hortikultura di Kulon Progo. Cabai di lahan pasir misalnya, menjadi komoditas andalan karena tidak mudah busuk.
Saat ini, pemasaran cabai lahan pasir yang disebut Cabai PaKu itu telah menggunakan sistem pasar lelang yang difasilitasi Bank Indonesia dengan digitalisasi panen sebanyak 11 Kelompok Tani di wilayah Kapanewon Galur, Panjatan dan Wates.
Dalam upaya mendukung pemasaran, juga dibangun bangsal pasca panen hortikultura, sarana pasca panen dan pengolahan hortikultura menggunakan dana APBN.
Sementara itu, Ofi Nidausolena selaku Koordinator Pasca Panen dan Pengolahan Hortikultura, Direktorat PPH Hortikultura dan Kementerian Pertanian menyampaikan, sejak 2021 hingga 2024 pihaknya telah memberikan fasilitas serupa kepada lebih dari 700 kelompok tani.
Bantuan tersebut berasal dari APBN, dengan rincian fasilitas bangsal pasca panen hortikultura Rp 226,5 juta, bantuan pasca panen Rp 64,8 juta Sarana Pengolahan Rp 30 juta dan kemasan produk olahan Rp 6,5 juta.
Para petani lalu diminta memiliki kreativitas untuk meningkatkan nilai produknya melalui pengolahan pasca panen.
“Para petani harapannya tidak hanya menghasilkan produk segar saja. Tapi kita ingin ada nilai tambahnya dan meningkatkan daya saing dengan melakukan proses pascapanen,” jelas Ofi.
Ofi juga berharap, bantuan fasilitas bangsal pascapanen dapat melahirkan kelompok tani yang kreatif dan inovatif. Sehingga dapat menghasilkan produk UMKM yang berkualitas dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi di pasar.