Road Map Pengembangan Dan Pemanfaatan Batubara 25 Tahun (Part 1)

11 November 2022

NEWSWAY.ID – Sebagai negara dengan sumber daya dan cadangan batubara yang terbilang cukup besar, Indonesia akan menghadapi tantangan yang tidak mudah di masa mendatang.

~ Advertisements ~

Perhatian masyarakat global menurut mantan Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batubara, Sunindyo Suryo Herdadi, ST, MT yang kini menjabat Direktur Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, dampak negatif terhadap lingkungan sebagai berupa emisi CO2 sebagai hasil dari pembakaran batubara menjadi sesuatu yang tidak dapat diabaikan.

~ Advertisements ~

Indonesia menurutnya, bahkan telah meneguhkan komitmen untuk turut dalam agenda Net Zero Emission.

Sementara itu lanjutnya, seperti dilansir dari buku Road Map Pengembangan Dan Pemanfaatan Batubara, jumlah sumber daya dan cadangan batubara yang masih banyak serta kelangsungan industri pertambangan batubara juga tidak dapat diabaikan.

Pemerintah tambahnya, telah mengambil beberapa langkah kebijakan sehubungan dengan masa depan batubara nasional.

Salah satunya adalah mendorong kebijakan pengembangan dan pemanfaatan batubara dalam rangka meningkatkan nilai tambah batubara dalam negeri.

Sejalan dengan itu dan dalam konteks menjawab tantangan batubara di masa mendatang, Indonesia ungkapnya, sangat membutuhkan sebuah peta jalan yang jelas untuk memberikan landasan kebijakan
pengembangan dan pemanfaatan batubara minimal untuk 25 tahun mendatang.

Oleh karena itu, Kementerian ESDM menetapkan Tim Penyusun Road Map Pengembangan dan
Pemanfaatan Batubara Nasional untuk mengkaji berbagai teknologi yang telah dan sedang dikembangkan, sehingga pengembangan dan pemanfaatan batubara di masa mendatang dapat menjawab tantangan yang ada.

Tim ini cetusnya, dibentuk untuk dapat merumuskan rekomendasi road map pengembangan dan
pemanfaatan batubara beserta usulan program-programnya.

Direktur Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Sunindyo Suryo Herdadi, ST, MT

“Tim Penyusun Road Map Pengembangan dan Pemanfaatan Batubara tetap berpedoman pada kebijakan yang telah ada sehingga road map yang diusulkan dalam laporan ini tetap selaras dengan berbagai kebijakan yang telah dirumuskan sebelumnya,” paparnya.

Road map ini tegasnya, ditujukan untuk menghasilkan rumusan yang dapat dicapai sehubungan dengan optimalisasi penggunaan batubara dalam rangka meningkatkan ketahanan energi dan memenuhi kebutuhan industri di dalam negeri.

Untuk menjawab tantangan yang ada, road map yang telah disusun mencakup pengembangan dan pemanfaatan batubara untuk energi, industri (non-energi), dan pemanfataan batubara yang ramah lingkungan.

Tim penyusun ungkapnya, telah berhasil merumuskan road map yang dibagi ke dalam fase lima tahunan sehingga kita dapat mengevaluasi pencapaiannya secara berkala.

Dalam laporan tersebut, terdapat sepuluh program pengembangan dan pemanfaatan batubara yang secara teknologi sudah tersedia dan memenuhi aspek keenomian.

“Namun, sebelum mengimplementasikan program tersebut kesepuluh program yang direkomendasikan akan menjalani berbagai tahap kajian yang matang terlebih dahulu,” ucapnya.

Program yang direkomendasikan dalam road map pengembangan dan pemanfaatan batubara ini mencakup masa 2021 s.d. 2045 (25 tahun).

Akan tetapi, tim penyusun telah merekomendasikan empat program prioritas untuk tahun 2021-2025 dengan mempertimbangkan kesiapan industri beserta mendukung komitmen Indonesia dalam mendukung agenda Net Zero Emission.

“Kami mengharapkan dukungan dan evaluasi dari seluruh pihak karena usulan road map ini pada implementasinya sangat membutuhkan kerja sama lintas sektoral,” harapnya.

Untuk memudahkan pencapaian target, pelaksanaan road map terbagi menjadi beberapa tahapan, setiap tahapan didesain untuk diselesaikan dalam kurun waktu 5 tahun.

Road map pengembangan dan pemanfaatan batubara nasional difokuskan pada pengembangan 10 (sepuluh) program utama.

Sepuluh program tersebut dipilih sesuai dengan karakteristik batubara Indonesia yang sebagian besar didominasi oleh batubara peringkat rendah dan sedang, dan juga dipilih untuk menjawab isu strategis global dan nasional, khususnya dalam penyediaan energi yang lebih ramah lingkungan, peningkatan nilai tambah batubara melalui pengembangan berbagai industri berbasis batubara, serta kebutuhan penurunan emisi CO2 dari pembangkit listrik tenaga batubara.

Dengan demikian, hingga tahun 2045 diharapkan batubara bisa dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan ketahanan energi dan mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan.

  1. Program pengembangan potensi batubara untuk menghasilkan metanol dan DME melalui proses
    gasifikasi batubara, terutama batubara kalori rendah.
    Produk metanol dan DME dapat digunakan sebagai sumber energi dan sumber bahan baku industri. Di samping itu, DME dapat menjadi subtitusi LPG sehingga penggunaan DME dapat mengurangi ketergantungan terhadap LPG impor.
    Program ini juga dipilih secara khusus untuk mendukung industri DME dan metanol berbasis batubara yang saat ini telah mulai dikembangkan di Indonesia oleh beberapa badan usaha. Road map pengembangan dibuat dengan tujuan mengawal proses pembangunan industri DME dan metanol berbasis batubara sehingga sampai pada tahapan komersialisasi dengan produksi yang mendukung pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
  2. Program pengembangan batubara untuk menghasilkan SNG, amonia, dan hidrogen. Program ini dipilih dengan pertimbangan pasokan gas alam di region Sumatra dan Kalimantan yang mulai menurun dan daerah tersebut memiliki potensi sumber daya batubara paling besar. Melalui program ini, batubara kalori rendah di Sumatra dan Kalimantan yang memiliki nilai keekonomian rendah direncanakan untuk dapat dikonversi menjadi SNG, amonia, dan hidrogen yang memiliki nilai keekonomian lebih tinggi, khususnya untuk memenuhi kebutuhan gas pada kedua region di atas. Disamping pemenuhan kebutuhan energi, produk amonia juga dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk yang mendukung pengembangan potensi agroindustri di Indonesia.
  3. Program pengembangan batubara untuk menghasilkan bahan bakar melalui pencairan batubara
    (coal liquefaction)
    . Program ini dipilih dengan pertimbangan optimalisasi potensi batubara Indonesia melalui penyediaan bahan bakar gasoline dari batubara. Saat ini, sebagian besar kebutuhan gasoline Indonesia masih dipenuhi dari impor sehingga produk pencairan batubara menjadi gasoline dapat mengurangi ketergantungan pada produk gasoline impor.
  4. Program pengembangan batubara melalui briket batubara-biomassa untuk PLTU dan briket
    batubara terkarbonisasi untuk industri kecil/UMKM.
    Pemilihan program pengembangan bio briket dilakukan untuk mendukung capaian EBT dalam bauran energi melalui implementasi cofiring briket bio-coal. Dibandingkan penggunaan hanya batubara, penggunaan briket bio-coal lebih ramah lingkungan karena biomassa dapat ditanam kembali dan menyerap CO2 dari atmosfir sementara itu penggunaan briket terkarboniasasi untuk industri kecil sebagai sumber panas ditengarai mempunyai efisiensi lebih tinggi (emisi CO2 lebih rendah) dibandingkan penggunaan pemanas listrik. Briket tersebut juga dapat diproduksi pada skala kecil dengan teknologi sederhana dan biaya yang relatif murah sehingga dapat dimanfaatkan untuk mendukung UMKM.
  5. Program pengembangan batubara metalurgi. dipilih dengan pertimbangan bahwa Indonesia memiliki potensi tidak hanya batubara termal yang selama ini digunakan pada pembangkit listrik, tetapi juga memiliki potensi batubara metalurgi. Batubara metalurgi memiliki harga yang relatif lebih tinggi dari pada batubara termal dan dibutuhkan dalam indusri baja dan pemurnian logam non-ferro. Potensi batubara metalurgi Indonesia belum terinventarisasi dengan baik, sebagian besar juga masih dijual sebagai batubara termal, sehingga berpotensi mengurangi pendapatan negara. Program pengembangan potensi batubara metalurgi terfokus pada karakterisasi sifat metalurgi batubara kalori tinggi dan inventarisasi jumlah sumber daya dan cadangan batubara metalurgi yang dimiliki Indonesia, dengan tujuan utama menyediakan kebutuhan batubara metalurgi dalam industri smelter dalam negeri. Pengembangan potensi batubara metalurgi juga mencakup pengembangan potensi bio kokas, yaitu pencampuran biomassa dan batubara kalori rendah untuk menghasilkan batubara semi kokas yang juga dapat dimanfaatkan dalam industri metalurgi. Pengembangan bio kokas merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan nilai keekonomian batubara yang sejalan dengan pengembangan EBT.
  6. Pengembangan batubara melalui upgrading (coal upgrading). Program ini dipilih sebagai salah satu program prioritas dalam road map dengan pertimbangan untuk meningkatkan nilai keekonomian batubara peringkat rendah. Coal upgrading menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan nilai tambah batubara Indonesia yang harus didukung penguasaan teknologi coal upgrading yang kompetitif secara skala produksi dan keekonomian serta dukungan insentif dan kebijakan. Road map ini mengawal terlaksananya pengembangan batubara melalui coal upgrading untuk optimalisasi batubara peringkat rendah.
  7. Program pengembangan produk material maju dan logam tanah jarang (LTJ) dari batubara.
    Program ini dipilih dengan pertimbangan bahwa material maju dan LTJ adalah material yang sangat dibutuhkan dalam berbagai industri modern, termasuk diantaranya industri kesehatan, transportasi, komunikasi, pertahanan keamanan, dan juga industri EBT. Material maju dan LTJ dapat diekstraksi dari batubara. Road map program ini dibuat untuk mengawal kegiatan riset dan komersialisasi potensi material maju dan LTJ dari batubara Indonesia sehingga mampu berkontribusi optimal untuk mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan.
  8. Program pengembangan batubara untuk material agro industri. Batubara kalori rendah Indonesia memiliki potensi asam humat dan asam fulvat yang berdasarkan riset dapat digunakan sebagai pupuk berharga cukup tinggi. Ekstraksi asam humat dan asam fulvat dari batubara kalori rendah dapat meningkatkan nilai keekonomian batubara tersebut. Program pengembangan batubara untuk material agro industri terpilih secara khusus dengan pertimbangan bahwa Indonesia adalah negara agraris yang juga di satu sisi memiliki potensi batubara cukup signifikan. Seperti halnya program-program lainnya, road map program ini disusun untuk mengawal baik program riset maupun komersialisasi pengembangan batubara untuk material agro industri.
  9. Pemanfaatan batubara untuk kelistrikan melalui infrastruktur coal blending facility, cofiring
    biomassa pada PLTU, dan optimalisasi pemanfaatan batubara dengan IGCC.
    Dengan jumlah cadangan batubara peringkat rendah yang cukup besar dan perlunya dukungan untuk menjaga ketahanan energi, maka program pemanfaatan batubara sangat strategis. Pemanfaatan batubara untuk kelistrikan, dapat ditempuh melalui penyiapan infrastruktur coal blending facility sehingga batubara peringkat rendah yang tidak sesuai dengan dengan spesifikasi PLTU dapat dimanfaatkan. Kemudian, cofiring biomassa memiliki potensi untuk dapat diterapkan sesuai dengan tuntutan penurunan emisi karbon dari batubara. Untuk mengurangi dampak lingkungan, perlu dilakukan upaya penyiapan teknologi IGCC pada pembangkit listrik dari batubara sehingga batubara peringkat rendah tetap dapat dimanfaatkan dan sekaligus mengurangi emisi karbon.
  10. Penerapan CCS/CCUS pada fasilitas pengembangan dan pemanfaatan batubara. Salah satu tantangan terbesar dalam pemanfaatan batubara adalah emisi CO2 yang dihasilkan dari proses pembakaran batubara. Untuk tetap dapat memanfaatkan batubara tetapi dengan menjawab isu terkait emisi CO2, teknologi CCS-CCUS pada periode tertentu harus mulai diterapkan pada pembangkit listrik maupun industri hilirisasi yang menghasilkan emisi CO2. Road map dibuat untuk mengawal langkah terukur dalam pengurangan emisi CO2 melalui penerapan CCS/CCUS pada pembangkit listrik dan proyek hilirisasi batubara sesuai dengan target penurunan emisi CO2 nasional.

Tinggalkan Balasan

Latest from Blog