Musim Penghujan Menjadi Puncak DBD di Banjarbaru

by
7 Februari 2023
Salah seorang pasien DBD, di Rumah Sakit Daerah (RSD) Idaman Kota Banjarbaru, menggunakan infus, Selasa (7/2/2023) pukul 10.12 Wita. (Foto: Juwita/Newsway.id)

NEWSWAY.ID, BANJARBARU – Musim hujan biasanya identik dengan peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), penyakit yang disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes Aegypti.

~ Advertisements ~

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Banjarbaru, Erni Syafrida mengatakan, kasus di Banjarbaru mencapai 50 di awal tahun 2023.

~ Advertisements ~

“Dari data yang kami punya per kecamatan di Banjarbaru sendiri ada 10 kecamatan yang kalau dijumlah secara keseluruhan itu ada 50 kasus DBD di Kota Banjarbaru awal tahun 2023,” ujarnya kepada Newsway.id, pada Selasa (7/2/2023).

~ Advertisements ~

Erni juga mengatakan, kasus DBD di Kota Banjarbaru meningkat karena terjadinya peralihan antara musim panas dengan musim penghujan.

~ Advertisements ~

“Musim peralihan ini biasanya populasi nyamuk pun bertambah, sehingga membuat kasus mengalami peningkatan tapi tidak signifikan, kalau daya tahan tubuhnya kuat bisa jadi tidak tertular,” katanya.

Erni menjelaskan, gejala DBD yang dapat di kenali adalah demam tinggi hingga 40 derajat Celcius, sakit kepala, nyeri otot, tulang, atau sendi, mual, muntah, kemudian bintik-bintik merah atau bercak pada kulit.

Kasus DBD ini banyak terjadi di wilayah dengan lingkungan yang kurang terjaga kebersihannya, masyarakat bisa menyingkirkan sampah yang bisa menjadi sarang nyamuk, ada di antaranya botol bekas, ban bekas hingga tempat makan atau minuman ternak.

Erni menyebutkan, upaya 3M plus menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan sebagai bentuk pencegahan dan pengendalian DBD.

“3M plus ini upaya yang penting dilakukan, seperti Menguras penampungan air, Menutup tempat penampungan air, Mengubur benda-benda yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk DBD seperti botol bekas dan lainnya, kemudian plusnya jangan menggantung baju, memakai kelambu dan lainnya,” pungkasnya.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Banjarbaru, Erni Syafrida saat ditemui di ruang kerjanya oleh jurnalis Newsway.id pada Selasa (7/2/2023). (Foto: Juwita/Newsway.id)

Ditempat terpisah, Kepala Unit Humas Rumah Sakit Daerah (RSD) Idaman Kota Banjarbaru, Andri Hamidansyah mengatakan, bahwa jumlah pasien DBD di RSD Idaman Banjarbaru pada awal tahun 2023 tidak terlalu mengalami peningkatan.

“Awal tahun 2023 di Minggu pertama ada 6 pasien, kedua ada 14 pasien, ketiga 9 pasien, kemudian di Minggu keempat 12 pasien sehingga totalnya ada 41 pasien,” sebutnya.

Lebih lanjut Andri menyebutkan, dengan jumlah pasien yang dirawat di RSD Idaman tersebut, tidak bisa dipastikan menurun atau meningkat.

“Kadang naik kadang juga turun, jadi tidak bisa dipastikan secara akurat, untuk pasien sendiri didominasi oleh anak-anak dari usia 3 tahun keatas,” pungkasnya.

Sementara itu, orang tua dari salah seorang pasien DBD Uzwatun mengatakan, gejala awal anaknya mengalami DBD yaitu demam tinggi.

“Karna demam langsung dibawa ke puskesmas, setelah cek darah ternyata hasilnya DBD, pokoknya gejala yang anak saya alami demam dan muntah,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Latest from Blog