NEWSWAY.CO.ID, MARTAPURA – Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Aluh-Aluh Besar, Kabupaten Banjar, yang diharapkan menjadi sentra ekonomi maritim, hingga kini belum dapat dioperasikan. Permasalahan aksesibilitas menjadi tantangan utama yang perlu segera dicarikan solusi demi memaksimalkan potensi fasilitas ini bagi masyarakat nelayan.
Sebagian bangunan TPI ini diketahui telah dihibahkan kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan sejak tahun 2016. Namun, terdapat dua aset vital, yakni lahan dan bangunan inti TPI yang status serah terimanya masih dalam proses penyelesaian. Kondisi ini membuat operasional TPI belum dapat berjalan optimal.
Camat Aluh-Aluh, Aditya Yudi Dharma mengatakan, kendala paling mendasar yang menghambat pemanfaatan TPI adalah keterbatasan akses jalan. Lokasi TPI hanya dapat dijangkau melalui jembatan gantung, yang memang didesain untuk pejalan kaki.
“Akses ke TPI saat ini hanya memungkinkan dilalui pejalan kaki, bahkan untuk kendaraan roda dua apalagi roda empat, masih terkendala jembatan gantung,” ucapnya saat diwawancarai, Senin (14/7/2025).
Kondisi jembatan gantung sepanjang 25 hingga 30 meter yang cenderung bergoyang juga menjadi pertimbangan bagi masyarakat. Hal ini kurang mendukung aktivitas jual beli ikan yang memerlukan mobilitas transportasi darat yang lancar.

Upaya untuk mengatasi kendala akses jalan ini sebenarnya pernah muncul. Pemerintah provinsi sempat menunjukkan kesediaan untuk membangun jalan penghubung, namun hal itu mensyaratkan penyelesaian pembebasan lahan oleh Pemerintah Kabupaten Banjar. Hingga saat ini, perkembangan mengenai pembebasan lahan tersebut masih dinanti.
Aditya mengungkapkan, para nelayan di Aluh-Aluh menunjukkan inisiatif. Mereka mengajukan permohonan untuk dapat memanfaatkan bangunan TPI yang belum terpakai sebagai pabrik es batu. Usulan ini sedang dalam pembahasan dan koordinasi intensif dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Banjar, serta akan dikonsultasikan lebih lanjut dengan Dinas Perikanan Provinsi.
“Kami sedang berkoordinasi dan akan berkonsultasi dengan dinas terkait mengenai keinginan nelayan ini, untuk melihat apakah dapat diakomodir dan bagaimana teknis pelaksanaannya,” ungkapnya.

Ia Harapan, keberadaan TPI yang berfungsi penuh akan membawa dampak positif yang signifikan bagi nelayan Aluh-Aluh. Saat ini, mereka harus menempuh perjalanan jauh ke Pasar Banjaraya di Banjarmasin untuk menjual hasil tangkapan. Perjalanan ini tentu saja menambah biaya operasional dan mengurangi pendapatan mereka.
“Harapan kami adalah TPI ini dapat memberikan manfaat nyata bagi warga Aluh-Aluh. Jika bisa diaktifkan, nelayan tidak perlu lagi menempuh jarak jauh atau bergantung pada tengkulak. Ini akan membantu menormalkan harga dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat kami,” harap Aditya.