Deru Mesin Kelotok Bisa Jadi Musik, Otto Sidharta Ingatkan Pentingnya Jujur Berkarya

by
20 Agustus 2025
Dialog Etnomusikologi hadirkan Otto Sidharta dan Novyandi Saputra. (Foto: Aminah/newsway.co.id)

NEWSWAY.CO.ID, BANJARMASIN – Suasana diskusi musik di UPTD Taman Budaya Kalimantan Selatan, Selasa (19/8/2025), menjadi hangat manakala komponis senior Indonesia, Dr Otto Sidharta, mengajak peserta melihat musik dari sudut pandang berbeda, yakni kejujuran dan keberanian mendengar.

Otto yang dikenal sebagai pelopor musik elektronik di Indonesia, membagikan pengalaman uniknya saat menyusuri sungai bersama peserta pada pagi hari sebelum diskusi dimulai.

“Saat itu saya larang mereka mengeluarkan suara. Hanya mendengarkan air yang tenggelam oleh bunyi mesin kelotok,” ujarnya.

Jika tidak berupaya mendengar, lanjut Otto, seniman musik tidak akan menemukan bunyi yang dituju.

“Sebab musik lahir dari respon terhadap lingkungan sekitar,” tambahnya.

Otto menegaskan, kejujuran dalam berkarya lebih penting daripada mengejar popularitas. Menurutnya, bunyi dari mesin perahu di sungai bisa berbaur dengan musik tradisi seperti panting, Jawa, Melayu hingga Tionghoa tanpa pertentangan.

“Ekspresi musik harus lahir dari rasa, bukan dari keinginan untuk terkenal atau laku terjual,” tegasnya.

Senada dengan Otto, komponis sekaligus dosen ULM, Novyandi Saputra, memperkenalkan konsep metode ‘tumbuh’ dalam berkarya musik. Tumbuh adalah mengakar melalui riset, menjalar dalam pengolahan, dan menjulang dalam bentuk karya yang dapat diperdengarkan.

“Musik dimulai dengan kejujuran. Jangan ragu berkarya meski belum diterima, yang penting berani dan percaya diri,” ujarnya.

Diskusi semakin hidup dengan pertanyaan mahasiswa. Meika, mahasiswi Pendidikan Seni Pertunjukan FKIP ULM, menanyakan posisi musik tradisi di tengah musik modern. Otto pun menanggapi tegas.

“Musik tradisional bila dikembangkan dengan instrumen atau pendekatan baru, akan menjadi musik modern. Jangan disamakan musik modern, itu pop Barat,” tegasnya.

Sementara itu, peserta lain, Adel, menyinggung rendahnya minat anak muda terhadap musik tradisi. Novyandi kemudian menekankan pentingnya apresiasi. Jika musik tradisi diperhatikan dan diperlakukan dengan baik, ia akan terdengar menarik.

Diskusi ditutup dengan pesan sederhana namun kuat dari Novyandi.

“Jangan takut salah, jangan takut terdengar jelek. Hal terpenting adalah keberanian untuk berkarya dengan jujur,” pungkasnya.

Reporter newsway.co.id Barito Kuala/Banjarmasin : Aminah.

Tinggalkan Balasan

Latest from Blog