Anyaman Bambu Tirik, Warisan Leluhur yang Tetap Hidup di Binuang Santang

by
21 Agustus 2025
Keluarga Sulti di Dusun Mapat, Halong, Balangan menganyam bambu titik untuk dijadikan produk rumah tangga. (Foto: istimewa/newsway.co.id).

NEWSWAY.CO.ID, BALANGAN – Di tengah arus modernisasi, masyarakat Desa Binuang Santang, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, tetap setia menjaga warisan leluhur berupa anyaman bambu tirik. Kearifan lokal ini menjadi identitas budaya yang masih hidup dan dipraktikkan hingga kini.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

Keunikan tradisi tersebut terungkap saat mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Program Studi Sosiologi Universitas Lambung Mangkurat (ULM) dari kelompok Lentera Bintang melakukan pengamatan di desa itu, Minggu (10/8/2025). Mereka mendapati keterampilan menganyam bambu tirik tidak sekadar bertahan, melainkan juga diwariskan secara turun-temurun di kalangan keluarga perajin.

Salah satu yang masih konsisten melestarikan tradisi ini adalah keluarga Sulti di Dusun Mapat RT 2. Sejak lama, mereka menekuni kerajinan anyaman bambu sebagai wujud kreativitas sekaligus penghormatan terhadap alam. Bahan bakunya, bambu tirik, dipanen langsung dari hutan sekitar. Hal ini menunjukkan kedekatan masyarakat dengan lingkungan.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

Menariknya, Sulti yang masih belia sudah menunjukkan keterampilan menganyam yang mengesankan. Ia bahkan pernah mengikuti lomba hingga tingkat Kabupaten Balangan.

“Saya sudah belajar mengolah bambu kepada nenek sejak lama,” ucap Sulti penuh semangat.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

Kerajinan yang mereka hasilkan beragam, mulai dari bakul hingga lanjung (bakul besar dari rotan). Proses pembuatannya cukup panjang, dimulai dari pemilihan bambu, penghalusan, penjemuran, hingga pewarnaan dengan zat tekstil yang menghasilkan motif indah dan berwarna.

Sayangnya, karya-karya tersebut belum dipasarkan secara luas dan selama ini hanya digunakan untuk kebutuhan pribadi.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

“Belum pernah menjual, tidak tahu juga kalau ada orang yang mau membeli,” ujar nenek Sulti, selaku perajin senior.

Minimnya pengetahuan tentang pemasaran menjadi salah satu kendala yang membuat kerajinan ini sulit berkembang. Kondisi tersebut menggambarkan tantangan yang dihadapi perajin lokal dalam mempertahankan tradisi di tengah gempuran zaman modern.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~
~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

Meski demikian, semangat keluarga Sulti untuk menjaga warisan anyaman bambu tirik tidak pernah surut. Tradisi ini menjadi bukti bahwa kearifan lokal adalah kekayaan budaya yang patut dijaga dan diwariskan lintas generasi.

Reporter newsway.co.id Barito Kuala/Banjarmasin: Aminah

Tinggalkan Balasan

Latest from Blog