NEWSWAY.CO.ID, BANJARBARU – Pemerintah Kabupaten Banjar menegaskan komitmennya untuk mempercepat penurunan angka stunting melalui peluncuran inovasi GeoLasting dan penandatanganan komitmen bersama yang melibatkan berbagai pihak terkait di Grend Qin Hotel Banjarbaru, Selasa (7/10/2025).

Kegiatan tersebut dihadiri oleh unsur pemerintah daerah, instansi vertikal, camat, hingga perwakilan puskesmas se-Kabupaten Banjar.
Wakil Bupati Banjar, Habib Said Idrus Al-Habsy menyampaikan rasa syukurnya atas kehadiran seluruh peserta dan menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam upaya menurunkan prevalensi stunting di daerah tersebut.
“Alhamdulillah semua yang diundang hadir. Mudah-mudahan dengan adanya komitmen bersama ini, target penurunan stunting di Kabupaten Banjar dapat segera tercapai,” ujarnya.
Idrus mengungkapkan, angka stunting di Kabupaten Banjar sempat mengalami penurunan hingga 26 persen, namun kini kembali meningkat menjadi 32,2 persen.
“Kondisi ini disebutnya perlu segera mendapat perhatian serius, terutama dari jajaran kecamatan dan puskesmas sebagai ujung tombak pelaksanaan pengukuran dan intervensi stunting di lapangan,” ujarnya
Kepala Bappedalitbang Kabupaten Banjar , Nasrullah Sadiq menjelaskan, kegiatan tersebut juga dirangkai dengan peluncuran inovasi GeoLasting (Geospasial Kolaborasi Penanganan Stunting).
“Melalui GeoLasting, kita memanfaatkan data spasial untuk menentukan wilayah prioritas yang akan mendapatkan intervensi. Jadi program penanganan stunting bisa lebih terarah dan efektif,” jelasnya.
Menurutnya, sejumlah kecamatan masih mencatat angka stunting yang tinggi, di antaranya Sungai Tabuk, Astambul dan Aluh-Aluh. Oleh karena itu, intervensi perlu dilakukan secara menyeluruh oleh berbagai pihak, tidak hanya pemerintah daerah tetapi juga instansi vertikal dan lembaga lain seperti BKKBN serta dinas terkait di tingkat provinsi.
Pemkab Banjar akan menindaklanjuti kegiatan tersebut dengan aksi bersama lintas SKPD, yang akan disesuaikan dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi. Selain itu, pada tahun 2026 direncanakan akan dilakukan monitoring dan evaluasi (Monev) terhadap hasil intervensi yang telah dijalankan.
Nasrullah mengatakan, tingginya angka stunting di Banjar tidak sepenuhnya disebabkan oleh faktor ekonomi. Meski tingkat kemiskinan di daerah ini tergolong rendah dan pertumbuhan ekonomi cukup baik, prevalensi stunting justru masih tinggi.
“Dari penelitian, salah satu faktor utama adalah pola asuh, terutama pada masa setelah anak berhenti ASI eksklusif. Banyak anak yang sudah mulai makan tapi tidak mendapatkan pengawasan dan asupan gizi yang seimbang,” paparnya.(nw)