NEWSWAY.CO.ID, MARTAPURA – Kasus dugaan keracunan makanan massal program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Martapura, Kabupaten Banjar, terus bertambah. Hingga Jumat (10/10/2025) pada pukul 10.30 WITA, jumlah korban yang telah terdata di RSUD Ratu Zalecha Martapura telah mencapai 122 siswa.

Para korban berasal dari sejumlah sekolah yang menerima distribusi MBG, di antaranya SD Muhammadiyah Martapura, SDN 1 Pesayangan, MAN Assalam, MTs Assalam, MI Assalam dan SMAN 1 Martapura.
Sejak pagi, puluhan siswa kembali berdatangan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan keluhan mual, muntah dan pusing. Banyak di antaranya tampak lemas dan harus mendapatkan infus.
Salah satu siswa, Nazwa siswi kelas IX MTs Assalam, menceritakan masih merasa mual setelah menyantap menu MBG yang disajikan sehari sebelumnya.
“Kemarin makan nasi kuning dan ayam suwir. Setelah itu perut terasa sakit dan mual,” ucapnya.
Guru MTs Assalam, Jamilah yang turut mendampingi para siswa mengatakan, menu MBG di sekolah mereka sementara dihentikan sambil menunggu hasil pemeriksaan dari dinas terkait.
“Hari ini program MBG disetop dulu sampai ada kepastian penyebabnya,” katanya.
Sementara itu, Subhan Muhammad, orang tua salah satu korban dari Madrasah Ibtidaiyah Assalam berharap, program MBG tetap berjalan namun dengan pengawasan lebih ketat.
“Kami berharap pemerintah tetap lanjutkan program ini, tapi dengan pengawasan yang lebih baik. Kalau bisa, satu sekolah punya dapur sendiri supaya lebih terkontrol,” ucapnya.
Menanggapi hal tersebut, Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar, dr. H. Noripansyah, mengungkapkan bahwa pihaknya bersama Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan telah melakukan pemeriksaan menyeluruh ke dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Desa Tungkaran yang lokasi penyedia makanan MBG.
Dari hasil pemeriksaan sementara, sampel nasi kuning dan sayur terindikasi positif mengandung nitrat, zat yang diduga dapat memicu gejala keracunan. Namun, pihaknya belum bisa memastikan sumber utama pencemaran tersebut.
“Yang positif sementara nasi kuning dan sayur. Tapi penyebab pastinya masih menunggu hasil laboratorium lengkap,” jelas Noripansyah.
Ia mengatakan, dapur SPPG Tungkaran kini berada dalam masa pemantauan selama 14 hari. Pemeriksaan lanjutan terhadap bahan baku, air dan sanitasi lingkungan masih berlangsung untuk memastikan keamanan pangan sebelum program MBG kembali dijalankan.
Hingga berita ini diturunkan, seluruh korban dalam kondisi sadar dan stabil. Pemerintah daerah memastikan seluruh biaya perawatan ditanggung sepenuhnya.(nw)