NEWSWAY.CO.ID, YOGYAKARTA – Alun-Alun Wates, Kulon Progo, ramai dipenuhi ribuan pemanah tradisional. Suasana gembira ini merupakan bagian dari peringatan Hari Jadi ke-74 Kulon Progo, melalui acara yang bertajuk Gladhen Ageng Jemparingan 2025.
Ajang panahan tradisional yang digelar berhasil mencatat sejarah baru, yakni keterlibatan 1.474 peserta. Event ini pun memecahkan Rekor MURI untuk jumlah peserta terbanyak dalam sejarah jemparingan.
Perwakilan MURI, Sri Widayati, menyerahkan piagam penghargaan kepada Bupati Kulon Progo, Agung Setyawan. MURI sebelumnya mencatat rekor jemparingan terbanyak sebanyak 371 peserta pada 2013.
“Gladhen Jemparingan 2025 resmi tercatat sebagai Rekor Dunia MURI ke-12.476, karena tidak hanya memecahkan jumlah peserta, tapi juga mengangkat kearifan lokal sebagai identitas budaya,” ujar Sri, Selasa (28/10/2025).
Jemparingan lahir dari tradisi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa Sri Sultan HB I (1755–1792). Olahraga panahan ini menanamkan nilai kesatria dan ketepatan pada rakyatnya. Kini, jemparingan menjadi kebanggaan nasional dan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia sejak 21 Februari 2024.
Berbeda dengan panahan modern, jemparingan dilakukan dengan posisi duduk bersila. Pemain tidak membidik dengan mata, melainkan mengikuti filosofi ‘pamenthanging gandewa, pamanthenging cipta’ yang berarti ketepatan lahir dari kejernihan hati dan pikiran.
Gladhen Ageng Jemparingan 2025 digagas Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo dengan dukungan Dana Keistimewaan DIY. Sebanyak 166 paguyuban jemparingan dari seluruh Indonesia hadir, membawa warna dan semangat kebersamaan yang kental.
“Event ini bukan hanya ajang olahraga, tetapi ruang untuk menyatu dengan nilai-nilai budaya. Dari sini kita belajar sabar, konsentrasi dan kebersamaan. Budaya ini tumbuh dari tanah kita sendiri,” ujar Plt Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo, Sutarman.
Tak hanya soal budaya, Gladhen Ageng Jemparingan 2025 juga memberi dampak ekonomi nyata. Ribuan peserta dan pengunjung berbelanja di stan UMKM, pedagang kecil, hingga singgah di penginapan yang tersedia.
“Kami ingin budaya tidak hanya dilestarikan, tapi juga menyejahterakan masyarakat,” tambah Sutarman.
Antusiasme tinggi juga datang dari para peserta. Pemanah asal Yogyakarta, Vinsa, mengaku telah tiga kali mengikuti ajang ini. Menurutnya, Gladhen Ageng Jemparingan adalah agenda tahunan yang sangat dinantikan.
“Harapannya, kegiatan ini terus berlanjut setiap tahun,” ujarnya.
Bupati Kulon Progo, Agung Setyawan mengungkapkan kebanggaannya atas pencapaian tersebut.
“Kegiatan ini bukan sekadar lomba, tetapi simbol persatuan bangsa melalui budaya. Saya bangga seluruh peserta dari berbagai daerah turut melestarikan panahan tradisional jemparingan,” katanya.
Agung berharap, dalam event ini bukan hanya rekor MURI yang tercatat, tapi semangat pelestarian budaya yang hidup di masyarakat. Gladhen Ageng Jemparingan 2025 membuktikan bahwa warisan leluhur akan terus mengakar selama dijaga, dihargai dan diteruskan oleh generasi penerus bangsa. (nw)
