Sepenggal Kisah Dawet Pak Lek, Arti Penting dari Sebuah Kerja Keras

29 September 2023
Ahmad Suri pria yang akrab disapa Pak Lek pemilik usaha bernama Es Dawet Blitar. (foto : fahmi/newsway.id)

Di tengah teriknya panas sinar matahari di kala musim kemarau ini, terlihat seorang bapak tua di pinggir jalan, sedang menjual es dawet cincau di sekitaran Jl. Kuin Utara.

~ Advertisements ~

Bapak tua  itu bernama Ahmad Suri (76), ia mengatakan sudah menekuni usaha jenis ini sekitar 3 tahun.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

Jika melihat gerobaknya, kita bisa membaca tulisan “Es Dawet Blitar”, yang berarti bapak ini bukan warga asli Banjarmasin, melainkan perantau dari Jawa Timur, bahkan pria yang akrab disapa Pak Lek ini menyatakan dirinya sudah merantau sejak tahun 1984.

“Merantau mulai tahun delapan empat nak,” ujarnya pada Jumat (29/09)

~ Advertisements ~
(foto : fahmi/newsway.id)

Sebelum jadi tukang es dawet cincau, dirinya mengaku, kalau dulunya ia merupakan seorang petani, namun dikarenakan profesi petani dirasa kurang pada saat di Jawa, Pak Le mencoba peruntungannya di daerah luar seperti Kalsel.

~ Advertisements ~

‘Di Jawa itu kekurangan, kebanyakan nyangkul, tani, masalahnya nak buruh nyangkul jarang ada gitu loh,” ungkapnya sambil melayani pembeli yang datang.

Selain itu, atas pemikiran fisik yang semakin hari akan semakin melemah, menjadi alasan lain mengapa Pak Lek berhenti jadi petani kemudian memutuskan untuk pergi merantau.

“Nanti kalo udah makin tua masa nyangkul terus, tenaganya gak kuat,” cetusnya.

Ketika tiba di Kalsel, Pak Lek yang saat itu berusia 21 tahun tidak langsung menetap di Banjarmasin, akan tetapi ia tinggal di rumah adiknya yang berlokasi di Landasan Ulin Banjarbaru,

Setelah 2 tahun menetap, Pak Lek dengan bekal pengalaman di dunia tani, berhasil membuka lahan seluas 1 hektare dalam kurun waktu 6 bulan dibantu oleh tetangganya, kemudian ia memanfaatkan lahan ini untuk menanam cincau, dari sinilah nantinya ide jualan es dawet cincau muncul.

Selama menjalani usaha ini, banyak suka duka yang dilalui oleh Pak Lek, adapun sukanya yakni ketika gasnya tidak bermasalah saat masak dan dagangannya laku.

“Kalau sukanya ya itu, masak gasnya gak rewel otomatis cepet selesai, terus jualan laku wahh seneng itu,” jawab Pak le sambil tertawa bahagia.

Sementara dukanya ada banyak, mulai dari ban gerobak yang tiba-tiba pecah, gas yang bermasalah saat masak, dan pelanggan sepi.

“Kadang-kadang bannya pecah, masalah masak kadang-kadang ada rewel gas, jualannya sepi, kayak orang anu ya nangis aja le, duitnya belum ada, ininya rusak, gak bisa jalan mana muatan berat,” ucapnya sambil menyeka keringat yang bercucur di dahinya.

Siti pelanggan dawet Pak Lek . (foto : fahmi/newsway.id)

Siti selaku langganan dari Pak Lek menyatakan dirinya suka es dawet cincau karena minuman ini merupakan minuman khas Jawa dengan perpaduan gula merah dan cincau yang enak.

“Soalnya es dawet ni kan ciri khas dari Jawa, dari Jawa aku kan, ada gula habangnya enak, cincaunya juga enak,” lirihnya.

Terakhir, dia berharap agar usaha seperti es dawet cincau Pak Lek ini semakin maju dan banyak disukai oleh masyarakat.

Walaupun banyak cobaan yang diderita, tapi Pak Lek tetap semangat menjalani aktivitas sehari-harinya dengan berjualan, dari kisah Pak Lek, kita belajar tentang pepatah yang mengatakan “Apa yang kau tanam, itu yang kau tuai,” dengan kata lain hasil kerja yang sebelumnya sudah kita lakukan, akan terlihat hasilnya di masa depan, hal ini sesuai dengan perjuangan Pak Lek yang pada masa mudanya dulu bekerja keras mulai dari merantau, sukses membuka lahan hingga mampu menanam cincau, akhirnya di masa tua, dia bisa menikmati hasil tersebut dan digunakan sebagai modal usaha.

Tinggalkan Balasan

Latest from Blog