NEWSWAY.ID, BARITO KUALA – Di zaman serba canggih dan maju ini, beberapa masyarakat cenderung memilih barang-barang yang terbilang modern, sehingga barang-barang tradisional pun mulai terlupakan, salah satunya alat yang terbuat dari anyaman rotan dan purun.

Hal ini diungkapkan oleh penjual kerajinan rotan dan purun Husnah, dia mengatakan sekarang ini sangat sulit untuk menarik pembeli, berbanding terbalik dengan tahun-tahun dulu sekitaran 2006-2012

“Dulu rami, dua ribu enam sampai dua ribu dua belas rami, mulai sebelum covid imbah covid ni kadada lagi dah,” Kata Husnah saat ditemui Newsway.id di tokonya yang terletak di seberang jalan Handil Bakti, Kab. Barito Kuala, Kamis (9/11/2023).

Usahanya yang sudah berdiri kurang lebih 17 tahun ini menjual berbagai macam kerajinan rotan dan purun asli dari Amuntai, mulai dari topi, bakul, kipas, sapu, dan sebagainya.
Hadirnya toko serupa juga menjadi faktor mengapa usaha Husnah terbilang sepi.
“Banyak wahini nang sama, dulu dua ribu enam sampai dua ribu dua belas kadada yang samanya” ucapnya.

Dirinya menambahkan, untuk kisaran harganya sendiri itu mulai dari 5.000-10.000 Rupiah.
“Dari lima ribu topi purun sampai sepuluh ribu, bakul purun tu sama jua dari lima sampai sepuluh,” lanjut Husnah.
Dari segi omzet, Husnah mengaku tidak mengambil banyak untung, misalnya saja topi purun yang ia beli harga 4.000 kemudian ia jual dengan harga 5.000.
“itu mun topi purun paling halus tu modalnya empat ribu jual lima ribu, jadi seribu ja untungnya paling ganal seribu lima ratus,” pungkasnya.
Walaupun sekarang kita hidup di zaman yang serba maju seperti sekarang ini, kita tetap harus melestarikan kerajinan tradisional, selain untuk mempertahankan budaya lokal, tetapi juga menjaga barang-barang tersebut agar tidak punah.