NEWSWAY.ID, KOTABARU – Mengangkat peran masjid sebagai pilar ekonomi, Pengurus Masjid Yazidatul Ula di Gunung Mandar, Kelurahan Baharu Selatan, menggelar Pasar Masannang untuk mendorong kesejahteraan masyarakat, Jumat (1/12/2023).

Acara yang berlangsung dari Jumat ini bukan hanya sekadar tempat berdagang, tetapi juga menjadi ajang seni dan budaya lokal.


“Untuk pagi, masyarakat tidak hanya bertransaksi dagang, tetapi juga menikmati pertunjukan seni dan budaya lokal, seperti grup Panting Bunga Tanjung dari Desa Semayap dan Qasidah Al Banjari dari Desa Rampa,” ungkap Ketua Pengurus Masjid Yazidatul Ula Ibnu Faozi.

Pasar ini direncanakan diadakan sekitar pukul 15.00 Wita, sebagai bagian dari acara soft launching, untuk kedepannya, Pasar Masannang direncanakan beroperasi mulai subuh hingga siang, bertempat persis di samping Masjid.

Namun, apa saja yang akan dijual di sana? Ibnu menjelaskan, bahwa saat ini para pedagang yang sudah ada berjualan sebanyak 50 pedagang telah diterima, walaupun jumlah pendaftar lebih banyak, namun dibatasi sesuai kapasitas tempat.
Ibnu melanjutkan, Pasar Masannang akan difokuskan pada pemasaran produk lokal di Kotabaru. Lokasinya yang berada di kaki Gunung Sebatung, tempat tinggal banyak warga Mandar yang mayoritas berprofesi sebagai petani buah, seperti langsat, durian, manggis, dan lainnya.
“Harapannya, selain sebagai wadah pemasaran produk lokal, pasar ini juga menjadi tempat kreatif untuk pengembangan produk turunannya, misalnya ada produk herbal dari kulit manggis yang bahan bakunya melimpah di sini,” tambah Ibnu.
Adapun, konsep Masjid Yazidatul Ula mengadopsi beberapa masjid yang menerapkan manajemen kas masjid untuk kepentingan umat. Jadi, ketika kas terkumpul, langsung diputar untuk membantu ekonomi warga.
Ini berbeda dengan konsep menabung yang tidak memberikan dampak langsung pada perekonomian.
“Sesuai dengan namanya, Yazidatul Ula yang berarti menambah kemakmuran, kedepannya tidak hanya pasar tradisional, tapi juga akan digarap beberapa program lainnya, Misalnya, di Masjid kami, para musafir boleh menginap dan akan kami beri makanan,” papar Ibnu.
Pasar Masannang sendiri berasal dari kata Mandar yang artinya pasar gembira, Penggunaan kata Mandar dipilih karena masjid berdiri di tengah warga yang mayoritas orang Mandar.
Sejak dahulu, lokasi ini akrab dengan sebutan Gunung Mandar.
Penerapan konsep pemberdayaan ekonomi umat melalui Masjid terlihat pada contoh monumental di Jogjakarta, yaitu Masjid Jogokariyan, meski awalnya hanya berupa Musala kecil, kini menjadi masjid besar dengan puluhan kamar mandi dan menjadi salah satu destinasi wisata di kota pelajar tersebut.
Keistimewaan Jogokariyan adalah ketika pengurus merasa malu jika setiap Jumatan kas mereka bertambah, semakin banyak uang di kas, artinya Masjid tidak menggunakan uang titipan umat untuk dimanfaatkan di jalan perjuangan.
Tidak heran jika di Jogjakarta, pengurus masjid Jogokariyan mendatangi rumah janda miskin dengan sejumlah uang untuk membantu yang sedang terlilit utang, pengurus merasa malu jika kas mereka banyak, tetapi didekat Masjid masih ada warga yang berjuang hanya untuk membeli beras.
Sementara itu, salah satu pedagang di Pasar Masannang Acil Diana mengaku, sangat bersyukur akan adanya pasar ini.
“Saya sangat senang bisa bergabung di Pasar Masannang ini, semoga pasar ini dapat membantu meningkatkan penjualan produk saya dan sekaligus memberikan dampak positif bagi ekonomi masyarakat sekitar,” tuturnya.