Usaha Pak Hadi, Menjual Kerajinan di Berbagai Kota di Indonesia

23 Desember 2023
Keseharian Hadi (53) menjual berbagai kerajinan yang terbuat dari kayu, besi, dan bambu. (Foto: Fahmi/Newsway.id)

NEWSWAY.ID, BANJARMASIN Tiap orang punya cara tersendiri untuk mengais rezeki, mau sejauh apapun jaraknya, seorang ayah sebagai kepala keluarga akan berusaha memberi nafkah kepada keluarganya, hal itulah yang tertampik pada Hadi Miswono (53), seorang bapak dari Purbalingga, Jawa Tengah yang rela berkelana di beberapa tempat di Indonesia sebagai penjual kerajinan.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

Dia mengaku, segala kerajinan yang dijual tersebut berasal dari bosnya, dan tugasnya hanya menjualnya saja, baru-baru ini dia ditempatkan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, jika kalian tinggal di sekitaran Kayutangi mungkin pernah melihat bapak yang satu ini.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

“Saya cuma kuli aja, memasarkan, ini dari Purbalingga langsung disana ada pengrajin UMKM lah jadi ada bosnya terus disuruh bapak turun disini, alamatnya disini, cari rumah disini,” kata Hadi, sapaan akrabnya, rabu (20/12/2023).

~ Advertisements ~

Pria yang dulunya bekerja sebagai petani ini mengakui awalnya ia hanya ikut-ikut teman saja, berhubung lokasi tempat usaha tersebut dekat dengan tempat tinggalnya.

~ Advertisements ~

“Dekat sih dekat dengan rumah karena kan pengalaman dulu ikut teman tanya jualan apa ini lumayan apa enggak, jadi coba-coba dulu nanti kalau hasilnya mencukupi berarti kan bisa kebiasaan, ibaratnya merubah nasib,” ujarnya.

Biasanya, Hadi akan menetap 1 hingga 2 bulan tergantung banyak atau tidaknya pembeli, bukan hanya di Kalimantan saja, namun Hadi juga pernah mengunjungi provinsi lain seperti Jawa, Sulawesi, Sumatera Utara.

“Ada satu bulan, ya kalau rame masih peminat banyak, masih ada untung bisa bertahan dua bulan, kalau sepi dua Minggu geser lagi ke kota lain jadi kayak menjelajah,” ungkapnya.

Usaha yang ditekuni Pak Hadi ini sudah berjalan selama 10 tahun, adapun bahan dari kerajinannya bermacam-macam, ada yang dari kayu, besi, dan bambu kemudian diolah sedemikian rupa hingga menjadi barang-barang seperti miniatur, kipas angin, peralatan dapur, tempat lampu, dan sebagainya.

Harganya beragam mulai dari yang paling murah yaitu 10 hingga 15 ribu Rupiah untuk barang seperti kipas, sementara yang paling mahal berkisar 125 hingga 150 ribu Rupiah untuk miniatur seperti sepeda, motor, dan mobil.

Penghasilan yang didapat pun tak menentu, dalam sehari bisa dapat 50 ribu hingga 100 ribu jika pembeli ramai, namun berbagai kendala pun dirasakan oleh Hadi seperti kecapekan mendorong gerobak, belum lagi di tengah jalan tiba-tiba kehujanan.

“Kadang 1 hari laku, kadang 1 hari gak laku gak tentu mas, suka dukanya itu jalan capek susah payah,” jelas Hadi.

Dikarenakan bosnya memberi jatah minimal 4 bulan baru bisa pulang, hal itu menjadi beban tersendiri oleh Hadi sebab jauh dari keluarga.

“Ada keluarga yang meninggal kadang-kadang gak pulang karena belum temponya habis, duit juga pas-pasan, wah sering terjadi tetangga meninggal cuma tau dari hp,” tuturnya.

Kendatipun demikian, dia mendapat pengalaman dan relasi yang banyak selama menjalankan usahanya tersebut.

“Bertemu dengan teman-teman orang banyak jadi pengalamannya luas, tau Kota Banjarmasin kaya apa, Kota Sampit kaya apa, Palangkaraya kaya apa, jadi lebih tau lokasinya,” pungkasnya.

Dari segala kisah hidupnya yang berjualan sambil mengenal banyak kota itulah yang nanti bisa diceritakan pada masa pensiunnya kelak.

“Buat cerita sejarah, jadi kalau udah pensiun nanti kan bisa jadi sejarah,” ucapnya sembari tertawa.

Tinggalkan Balasan

Latest from Blog