Di pelataran rumah produksi Sembung Batik di Kalurahan Ngentakrejo, Kapanewon Lendah, Kulon Progo, DIY, sebuah kain merah nampak membentang panjang. Di atas permukaannya, tergambar sketsa wajah delapan Presiden RI, mulai dari Soekarno hingga Prabowo Subianto.

Kain merah tersebut membentang sepanjang 27 meter dengan lebar tiga meter. Di sela-sela wajah pemimpin bangsa, tersemat lambang Garuda Pancasila, peta Indonesia, serta logo HUT ke-80 RI lengkap dengan slogan Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju. Sebuah karya yang menyatukan sejarah, kebanggaan, dan cita-cita bangsa.

“Kami ingin memberikan sesuatu yang istimewa sebagai kado peringatan kemerdekaan RI tahun ini. Sesuatu yang bukan hanya indah dilihat, tapi juga bermakna,” tutur Bayu Permadi, pemilik Sembung Batik, sambil mengelus permukaan kain dengan penuh hati-hati, Jumat (15/8/2025).


Proses pembuatan kain tersebut, dimulai awal Agustus 2025 dengan melibatkan 80 pekerja. Jumlah pekerja disesuaikan dengan usia Bangsa Indonesia tahun ini. Sebagian dari mereka mengerjakan teknik cap untuk bingkai wajah, sebagian lagi menorehkan lilin dengan teknik tulis untuk membuat detail sketsa, peta, dan Garuda.


Selama berhari-hari, gerakan canting yang mencelup lilin panas berpadu dengan aroma malam yang khas. Sebanyak 10 kilogram malam dan satu kilogram pewarna sintetis dihabiskan. Bayu menyebut, proyek ini membutuhkan biaya sekitar Rp 7 juta hingga Rp 9 juta. Kendati demikian, ia tak ingin memandang dari segi biaya, melainkan investasi untuk sejarah Indonesia.

“Setiap garis dan titik di sini adalah bagian dari perjalanan bangsa,” ujarnya.

Bukan kali ini saja Sembung Batik membuat karya monumental. Tahun lalu, mereka menorehkan sejarah dengan batik bergambar kepulauan Indonesia yang dikelilingi 79 Garuda Pancasila. Bayu bahkan memimpikan suatu hari nanti berdiri sebuah museum batik yang merekam perjalanan Indonesia dari masa ke masa.


Hal yang membuat batik raksasa ini semakin berarti adalah kehadiran tangan-tangan muda. Beberapa pelajar SMK Negeri 1 Susukan, Banjarnegara, ikut ambil bagian dalam prosesnya. Mereka tengah menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Sembung Batik.


Keterlibatan dalam proses pembuatan batik wajah Presiden menjadi kesan tersendiri bagi para pelajar. Sebab yang mereka dapatkan jauh lebih berarti dari sekadar tugas sekolah.
“Baru pertama kali saya membuat batik sebesar ini. Rasanya seru, menantang, dan bikin bangga,” kata Istanti, salah satu pelajar, sambil menatap hasil kerja yang ikut ia torehkan.
Kini, di tengah riuhnya persiapan perayaan kemerdekaan, batik wajah Presiden membentang sebagai pengingat. Bahwa merdeka bukan hanya soal bendera di tiang tertinggi atau lomba panjat pinang, tapi juga tentang menjaga warisan, menuturkan sejarah, dan menanamkan kebanggaan di hati generasi penerus bangsa. (nw)