Menjelang senja, saat lampu-lampu mulai menyala dan udara mulai sejuk, kawasan depan Balai Kota Banjarbaru dan Lapangan Murjani berubah menjadi panggung budaya mini yang hidup.
Di tengah lalu lalang warga dan wisatawan yang menikmati suasana kota, sekilas tampak sekelompok anak muda dengan kebaya anggun, jarik batik, beskap lengkap dengan blangkon berpose penuh gaya di bawah sorotan kamera. Mereka bukan sedang dalam acara resmi. Mereka tengah menikmati tren baru yang tengah menggeliat di jantung Banjarbaru: foto berkostum adat.
~ Advertisements ~
Adalah Teja Sukmana, seorang warga kreatif Banjarbaru, yang menjadi otak di balik maraknya aktivitas budaya visual ini. Terinspirasi dari suasana budaya di Malioboro, Yogyakarta, ia membawa ide penyewaan baju adat ke halaman Balai Kota Banjarbaru. Tak butuh waktu lama, lapak kecilnya yang menjajakan kostum Jawa dan Banjar segera menjadi magnet baru bagi warga, anak muda, bahkan wisatawan luar kota.
~ Advertisements ~
“Awalnya cuma coba-coba pas liburan ke Jogja. Lihat banyak orang foto pakai baju adat di Malioboro, saya pikir Banjarbaru juga bisa. Saya coba buka lapak, promosi di media sosial, eh… ternyata ramai,” cerita Teja sambil merapikan setelan kebaya pelanggan.
Usahanya kini menjadi viral di media sosial. Dengan harga sewa yang ramah kantong Rp 35 ribu hingga Rp 40 ribu per setelan dan Rp 150 untuk rias wajah Teja mampu menarik 10 hingga 15 pelanggan per malam. Lapaknya buka setiap Selasa hingga Minggu, dari pukul 18.00 hingga 22.00 WITA, tepat saat suasana kota mulai menggeliat.
~ Advertisements ~
Salah satu pelanggan setianya, Anisa, datang bersama teman-teman kompleknya usai melihat unggahan Instagram. “Seru banget! Bisa foto-foto pakai kebaya cantik dengan latar Balai Kota. Pelayanannya juga bagus, harganya cocok buat mahasiswa kayak kami,” katanya antusias.
~ Advertisements ~
Teja tak hanya menyewakan pakaian, tapi juga menawarkan pengalaman. Foto-foto bergaya adat dengan latar gedung pemerintahan yang megah, taman kota yang tertata rapi, dan suasana malam yang semarak memberikan sensasi berbeda. Setiap jepretan menjadi penghubung antara budaya dan modernitas, antara tradisi dan tren kekinian.
“Kami ingin bantu anak muda mengenal budayanya sendiri lewat cara yang menyenangkan. Foto-foto pakai baju adat, upload ke medsos, siapa tahu jadi tren nasional,” ujar Teja penuh semangat.
Ke depan, ia berencana menambah koleksi baju adat dari daerah lain seperti Bali, Bugis, dan Dayak agar menghadirkan nuansa Nusantara dalam satu lapak. Ambisinya sederhana: menjadikan Banjarbaru tidak hanya sebagai kota administratif yang berkembang, tapi juga sebagai panggung budaya terbuka yang merayakan keberagaman.
Dan di bawah langit Banjarbaru yang perlahan menggelap, di antara lampu taman dan suara tawa anak-anak, baju-baju adat itu berkibar kembali. Bukan dalam upacara resmi, bukan pula di panggung besar, tetapi di wajah-wajah ceria generasi muda yang ingin tetap terhubung dengan akarnya sambil tetap hits di linimasa.
Ketua Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika, menyerahkan piagam kepada Wali Kota Banjarbatu, Hj Erna Lisa Halaby dan Lurah mentaos, sebagai tanda pencanagan kelurahan Maladminiatrasi. (Foto : Suroto/newsway.co.id)
Bupati Balangan H. Abdul Hadi pimpin Rakor Pengadaan Tanah 2025 untuk perkuat koordinasi dan pastikan proyek berjalan sesuai aturan. (foto: istimewa/newsway.co.id)
Warga Desa Nungka antusias berbelanja kebutuhan pokok dalam kegiatan pasar murah Disperindag Balangan, sebagai upaya pengendalian inflasi daerah tahun 2025. (foto : istimewa/newsway.co.id)