NEWSWAY.ID, MARTAPURA – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menganalisis hujan pada akhir Januari 2023 (dasarian III Januari 2023), menunjukkan secara umum Kalimantan Selatan curah hujan pada kriteria menengah hingga tinggi, dengan beberapa daerah hujannya pada kriteria rendah dan sangat tinggi.

Forecaster Iklim Staklim Kalsel, Khairullah mengatakan, berdasarkan dinamika atmosfernya, sekarang ini masih dalam kondisi La Nina lemah, aliran massa udara di Indonesia masih didominasi angin baratan.

“Yakni monsun asia, keadaan musim hujan, yang membawa banyak uap air ke Indonesia khususnya di Kalimantan Selatan,” katanya kepada Newsway.id, Kamis (2/2/2023).

Khairullah juga mengatakan, posisi Madden Julian Oscillation (MJO) pada awal Februari 2023 berada di Benua Maritim yakni Indonesia dan sekitarnya.

“Hal ini yang menyebabkan banyaknya gugusan awan berkumpul di daerah kita dan sekitarnya, fenomena tersebut menyebabkan curah hujan masih tinggi,” ungkapnya.
Fenomena ini akan berakhir berdasarkan normal awal musim kemarau di Kalimantan Selatan, umumnya di pertengahan Mei hingga Juni di Kalimantan Selatan bagian Barat, sedangkan pada akhir Juni hingga awal Agustus di Kalimantan Selatan bagian Timur.
Forecaster Iklim Staklim Kalsel, Khairullah

Sementara itu, Sekretaris Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel, Iswantoro mengatakan, berdasarkan kajian untuk titik pemetaan daerah yang berpotensi banjir ada 152 Kecamatan yang masuk kategori sedang dan tinggi.
Dari penelitian terakhir itu ada 4 Daerah Tangkapan Air (DTA) yang dikaji dari tahun 2021 yaitu pertama ada di Barabai yakni beberapa wilayah dengan kajian-kajiannya dari hulu sampai ke Kotanya.
“Kemudian di Kabupaten Banjar ada di riam kanan dan riam kiwa, akan tetapi di riam kanan terbantu dengan adanya bendungan sehingga dapat mengurangi potensi banjir, sedangkan di riam kiwa masih proses pembangunan bendungan dan pada tahap pembebasan lahan,” tuturnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, di Kabupaten Banjar ada potensi banjir seperti Rantau Nangka, Desa Benteng, turun ke bawah hingga sampai ke Martapura Kota.
“Dan akan berkumpul di Martapura Barat, Sungai Tabuk yang mana itu adalah kantong air yang akan mengalami keterlambatan turunnya air (mengalami genangan air), DTA selanjutnya adalah Tanah Bumbu dan Bati-Bati, Kurau,” pungkasnya.