NEWSWAY.CO.ID, YOGYAKARTA – Kantong plastik hingga kini masih banyak digunakan panitia perayaan Idul Adha untuk mewadahi daging kurban yang dibagikan. Namun, tidak demikian dengan warga Dusun Kopat, Karangsari Pengasih, Kulon Progo DIY. Warga padukuhan ini memilih menggunakan wadah sarangan. Seperti apa bentuknya?


Wadah sarangan rupanya sudah menjadi bagian dari tradisi yang turun temurun di Padukuhan Kopat. Biasanya, sarangan digunakan sebagai wadah makanan dalam hajatan pernikahan atau kenduri.


“Tapi sekarang sudah jarang dijumpai. Masyarakat yang menggunakan wadah sarangan mulai berkurang. Karenanya, kami berupaya menghidupkan kembali tradisi tersebut melalui moment Idul Adha,” kata Ketua Panitia Kurban Masjid Al-Ikhlas, Dusun Kopat, Saleh Riyadi, Sabtu (7/6/2025).


Dalam penggunaan wadah sarangan, warga Kopat bergotong-royong membuat pada H-2 Idul Adha. Mereka mencari bahan di lokasi setempat. Daun kelapa yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dan dijemur agar sedikit layu. Setelahnya, baru dianyam menyerupai bentuk kantong plastik.

Menariknya, penggunaan wadah sarangan untuk membagikan daging kurban ternyata memiliki banyak keunggulan. Daging kurban diklaim menjadi lebih wangi dan tahan lama.
“Penggunaan wadah sarangan juga menjadi upaya kami dalam mengurangi sampah plastik. Sebab dengan 300 KK penerima daging kurban, setidaknya dibutuhkan 1.000 kantong plastik. Bisa menjadi tumpukan sampah plastik,” jelasnya.
Dukuh Kopat Dwi Nandanu, mengapresiasi dan mendukung langkah warganya dalam menggunakan wadah sarangan untuk pembagian daging kurban. Terlebih, ada surat edaran bupati setempat untuk mengurangi sampah plastik saat Idul Adha.
“Ini merupakan hal yang positif,” ucapnya.
Wakil Bupati Kulon Progo, Ambar Purwoko, berkesempatan meninjau pelaksanaan kurban di Dusun Kopat dalam inspeksi mendadak terkait implementasi SE bupati mengenai pengurangan sampah plastik. Ambar bahkan turut mewadahi daging kurban menggunakan sarangan.
“Sampah plastik memang masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah karena susah diurai oleh tanah. Tentu saja, apa yang dilakukan warga Kopat bisa menjadi salah satu solusinya. Mudah-mudahan bisa dicontoh wilayah lain di Kulon Progo dalam upaya pengurangan sampah plastik daerah ini,” kata Ambar.