Dengan 10 juta generasi muda yang menganggur, bonus demografi Indonesia berada dalam bahaya

2 Juni 2024
10 juta orang yang berusia antara 15 dan 24 tahun dalam Gen Z atau seperempat dari kelompok usia tersebut dalam Gen Z di Indonesia tidak bekerja (foto.ilustrasi/newsway.id)

NEWSWAY.ID, JAKARTA – Negara dengan jumlah penduduk terpadat di Asia Tenggara ini mungkin akan gagal mencapai tujuan Indonesia Emas 2045 jika sebagian dari populasi GenZ yang besar tetap menganggur, demikian peringatan para analis.

~ Advertisements ~

Benedictus Cahyo Kuncoro, seorang warga negara Indonesia berusia 23 tahun yang lulus Agustus lalu dengan gelar IT, sejak saat itu tidak dapat mendapatkan pekerjaan karena menurutnya keterampilan yang dimilikinya jauh lebih sedikit daripada yang dibutuhkan perusahaan.

~ Advertisements ~

Ia adalah salah satu dari hampir 75 juta orang dalam kelompok usia yang disebut Gen Z – yang lahir antara tahun 1997 dan 2012 – yang mewakili bonus demografi Indonesia – kelompok usia kerja yang mendominasi populasi negara ini dan berpotensi memberikan dorongan ekonomi yang besar.

~ Advertisements ~

Sejauh ini, Benedictus belum memberikan kontribusi terhadap perekonomian. Dia mengisi hari-harinya dengan kerja sukarela dan pekerjaan paruh waktu sambil menunggu ijazahnya.

~ Advertisements ~

Ia adalah salah satu dari 10 juta orang yang berusia antara 15 dan 24 tahun dalam Gen Z – atau seperempat dari kelompok usia tersebut dalam Gen Z di Indonesia – yang tidak bekerja, tidak mengikuti pelatihan, atau belajar, sebuah situasi yang mengancam akan melemahkan perekonomian. dividen demografi yang banyak digembar-gemborkan di negara ini.

“Perusahaan menuntut terlalu banyak keterampilan dibandingkan dengan apa yang kita miliki,” keluh Benedictus, mengutip deskripsi pekerjaan yang tidak realistis dan gaji yang tidak memadai.

Selama bertahun-tahun, pemerintah Indonesia telah mempromosikan gagasan bahwa populasi generasi muda akan mendorong negara ini menuju status maju dalam waktu kurang dari 20 tahun – yang disebut sebagai Indonesia Emas 2045. Namun, bonus demografi ini berisiko menjadi bencana demografi jika terjadi krisis. krisis pengangguran kaum muda masih belum terselesaikan, kata para ahli.

Muhammad Faisal, direktur eksekutif Center for Reform of Economics (CORE), mengatakan tujuan 2045 mungkin tidak akan tercapai ketika bonus demografi berakhir.

“Jika Generasi Z tetap menganggur, hal ini akan menghambat upaya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi,” katanya kepada BenarNews. “Hal ini tentu akan menjadi ancaman di masa depan ketika bonus demografi sudah berakhir.”

Bonus demografi, yaitu periode ketika jumlah penduduk usia kerja melebihi jumlah penduduk usia tidak bekerja, merupakan peluang emas bagi pertumbuhan ekonomi.

Krisis pengangguran kaum muda di Indonesia memberikan bayangan panjang terhadap masa depan negara ini, kata para ahli.

Misalnya, dampaknya melampaui tingkat individu, kata Tauhid Ahmad, direktur eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).

“Bukan hanya tidak menggerakkan perekonomian karena tidak menghasilkan apa-apa, tapi juga menjadi beban perekonomian,” ujarnya kepada BenarNews.

Institusi pendidikan lambat beradaptasi

Perekonomian sedang berjuang untuk menghasilkan lapangan kerja yang cukup namun adanya ketidaksesuaian antara keterampilan yang diperoleh kaum muda melalui pendidikan menjadi permasalahan serius (foto.ilustrasi/newsway.id)

Alasan dibalik krisis ini bermacam-macam.

Para ahli menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara keterampilan yang diperoleh kaum muda melalui pendidikan dan tuntutan pasar kerja yang berkembang pesat.

Perekonomian sedang berjuang untuk menghasilkan lapangan kerja yang cukup, dan pemerintah serta lembaga pendidikan lambat beradaptasi terhadap perubahan sifat pekerjaan, kata mereka.

Jaya Darmawan, peneliti dari Pusat Studi Ekonomi dan Hukum (CELIOS), menyalahkan pemerintah atas kurangnya fokus dalam menciptakan lapangan kerja berkualitas dan kurangnya kurikulum pendidikan vokasi sebagai kontributor utama masalah ini.

“Pendidikan vokasi yang berkualitas harus menghasilkan tenaga kerja yang link and match dengan industri,” ujarnya.

Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengatakan pada bulan Maret bahwa pemerintah bertekad untuk memanfaatkan bonus demografi sebaik-baiknya.

“Negara kita Indonesia punya peluang besar, potensi besar,” kata Jokowi.

Ia juga mengakui bahwa kemunduran mungkin terjadi, dengan alasan ancaman perubahan iklim, konflik geopolitik, dan gangguan teknologi, namun ia mengatakan bahwa industri di Indonesia, seperti nikel, baterai kendaraan listrik, dan manufaktur mobil listrik, sudah siap.

Krisis pengangguran dapat diperbaiki – untuk saat ini – kata para ahli.

Mereka menyarankan beberapa solusi, termasuk meningkatkan pendidikan dan pelatihan kejuruan agar lebih selaras dengan kebutuhan industri, merangsang penciptaan lapangan kerja, dan menerapkan ekonomi hijau, yang berpotensi menciptakan jutaan lapangan kerja baru.

“Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, kolaborasi antara sektor swasta dan lembaga pendidikan sangat penting,” kata Triyono, peneliti spesialis hubungan perburuhan dan industrial di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

“Ini bukan hanya tentang mencari pekerjaan; ini juga tentang menciptakan peluang kerja baru. Memanfaatkan internet dapat meningkatkan upaya ini.”

Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengakui tantangan tersebut.

“Yang terus didorong oleh pemerintah adalah membangun pendidikan dan pelatihan vokasi agar terhubung dengan pasar kerja, menciptakan match antara pendidikan dan pasar kerja,” ujarnya kepada CNBC Indonesia baru-baru ini.

Ketika Indonesia bergulat dengan krisis ini, impian generasi muda seperti Benedictus berada di ujung tanduk.

“Saya berharap perusahaan mempermudah proses rekrutmen,” ujarnya.

*Disadur dari situs berita berbahasa inggris Benarnews.org

Tinggalkan Balasan

Latest from Blog