NEWSWAY.CO.ID, BANJARBARU – Seorang dokter spesialis forensik dari RSUD Ulin dan RS Bhayangkara Banjarmasin, dr. Mia Yulia mengungkapkan sejumlah temuan penting dari hasil otopsi terhadap jenazah korban pembunuhan yaitu Juwita.


Juwita, Jurnalis newsway.co.id itu awalnya diduga tewas akibat kecelakaan lalu lintas namun belakangan akhirnya diketahui adalah korban pembunuhan berencana oleh oknum TNI AL Kelasi I, Jumran.



dr Mia mengungkapkan bahwa otopsi dilakukan pada Minggu dini hari 23 Maret 2025, pukul 03.00 WITA, di RS Ulin Banjarmasin.

“Sebelum pemeriksaan dilakukan, kami memberikan edukasi kepada keluarga korban serta meminta persetujuan resmi untuk pelaksanaan otopsi. Termasuk komunikasi dengan penyidik untuk menentukan tindakan,” terang dr Mia dihadapan majelis hakim.

Dalam pelaksanaan tugasnya, dr. Mia menjelaskan bahwa dokter forensik bekerja dengan mengumpulkan data dan informasi, baik dari penyidik, tim Inafis, maupun keluarga korban.
“Otopsi yang dilakukan bertujuan untuk memastikan penyebab kematian secara menyeluruh melalui pemeriksaan luar dan dalam tubuh jenazah. Jenazah tiba di RS Ulin dalam keadaan hanya mengenakan pakaian dalam, dibalut kain kafan dan jarik. Saat pemeriksaan dimulai, ditemukan sejumlah kejanggalan yang tidak konsisten dengan kasus kecelakaan lalu lintas,” bebernya.
Temuan Medis Mengejutkan
Beberapa luka mencurigakan ditemukan oleh tim forensik. Antara lain, memar di kepala bagian belakang dan kelopak mata kiri, serta luka lecet di leher yang diduga akibat cakaran kuku korban sendiri.
“Meski ada luka memar di kepala, tidak ditemukan pendarahan di otak, sehingga cedera tersebut tidak dianggap sebagai penyebab langsung kematian,” jelasnya.
Hal yang menguatkan dugaan pembunuhan adalah adanya pembekuan darah yang signifikan di bagian kanan leher, patah tulang penyangga lidah sebelah kiri, serta resapan darah hingga tulang belakang.
“Ini menandakan adanya tekanan yang sangat kuat dari arah kanan leher korban,” jelas dr. Mia.
Ia juga menambahkan bahwa luka yang ditemukan bukan disebabkan oleh jeratan tali, melainkan tekanan dari sesuatu yang “halus tapi kuat”, mirip pitingan.
“Wajah korban pun menunjukkan tanda-tanda kebiruan, yang mengindikasikan kematian karena kehabisan napas akibat tekanan di leher,” jelasnya lagi.

Indikasi Kuat Kekerasan
Hasil pemeriksaan dr Mia menjelaskan bahwa memar menunjukkan bahwa korban kemungkinan besar tidak menyadari akan dicekik atau dipiting.
“Posisi tubuh korban saat dicekik lebih menggambarkan kondisi mesra, bukan dalam keadaan melawan atau berkonflik,” ungkap dr. Mia.
Salah satu hal yang sempat menarik perhatian dr. Mia adalah ada kemungkinan yang melakukan kekerasan menunjukkan tanda-tanda seperti atlet atau olahragawan, dilihat dari pola resapan darah hingga ke bagian punggung.
“Melalui analisis forensik, penyidik kini menutup kemungkinan bahwa pelaku bukan seorang perempuan,” ucapnya.
Keterangan dr Mia yang menyatakan korban kehabisan nafas saat dipiting ternyata tidak berbeda dengan keterangan saksi tambahan yaitu Rahmat Ramadhan yang merupakan rekan Jumran saat menjadi atlet MMA.
“Pitingan adalah kuncian di MMA, apabila itu dilakukan lama amaka akan mengakibatkan kematian karena kehabisan nafas,” ujarnya saat memberikan keterangan dipersidangan.