Hampir Dilupakan, Begini Sejarah Wayang Kulit Banjar

by
13 November 2023
Wayang kulit Banjar yang berada di Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru. Senin (13/11/2023). (Foto: Juwita/Newsway.id)

NEWSWAY.ID, BANJARBARU – Kesenian wayang kulit di Indonesia bisa kita temui di Jakarta, Bekasi, Cirebon, Indramayu, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Lombok, tapi jangan salah, ternyata wayang kulit juga bisa kita temui di Kalimantan Selatan yang disebut Wayang Kulit Banjar.

~ Advertisements ~

Masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan, telah mengenal pertunjukan wayang kulit tersebut sekitar awal abad 13 atau 14, tepatnya di Kerajaan Nagara Dipa, Amuntai (Hulu Sungai Utara).

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

Pernyataan ini diperkuat karena pada kisaran tahun 1300 sampai dengan 1400, di mana Kerajaan Majapahit telah menguasai sebagian wilayah Kalimantan (Tjilik Riwut 1993) dan membawa serta menyebarkan pengaruh agama Hindu dengan jalan pertunjukan wayang kulit.​

~ Advertisements ~

Pamong Budaya Ahli Madya Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru Rusmiadi menceritakan, konon pasukan Majapahit yang dipimpin oleh Andayaningrat membawa serta seorang dalang wayang kulit bernama Raden Sakar Sungsang lengkap dengan pengrawitnya, pegelaran langsung yang sesuai pakem tradisi Jawa dimainkannya kurang dapat dinikmati oleh masyarakat Banjar, karena lebih banyak menggunakan repertoar dan ideom-ideom jawa, yang sulit untuk dimengerti masyarakat setempat.

~ Advertisements ~

“Kesenian wayang kulit Banjar dibawa oleh Raden Sekar Sungsang dari Majapahit beserta pangrawitnya untuk menyebarkan agama Hindu di daerah ini, kemudian kerajaan Demak meyebarkan agama islam sebagian dari pengaruhnya adalah kesenian wayang kulit,” katanya.

Kesenian wayang Kulit berkembang di Kalimantan Selatan daerah Hulu Sungai, bukan di daerah Kuala, karena Martapura dianggap sebagai basis para ulama dan ada anggapan masyarakat yang beraktivitas dengan kesenian ini (dalang, pemain gemelan, penonton) termasuk sirik.

“Wayang kulit tersebut berlangsung pada acara-acara tertentu, seperti khitanan, upacara pernikahan adat, hari besar nasional, ulang tahun, acara lembaga, syukuran dan sebagai permintaan untuk memenuhi keinginan si tuan rumah penanggap,” ujar Rusmiadi.

Menurutnya, untuk acara pernikahan, pertunjukkannya bisa dilakukan pada malam wawayun, untuk menghibur tukang kawah (tukang masak nasi), dan pendiri tenda.

“Atau pada malam pangantennya,” tambahnya.

Sesuai perkembangan zaman, cerita yang dipentaskan dalam wayang kulit Banjar saat ini dibagi menjadi dua, ada yang ceritanya sesuai dengan aslinya atau pakemnya.

Misalnya cerita Mahabrata dan lain sebagainya dan juga cerita yang dibuat sendiri oleh dalangnya, untuk menyesuaikan dengan lingkungan.

Sementara itu, salah seorang warga kota Banjarbaru, Khairuddin menyampaikan, Wayang kulit banjar harus selalu di tampilkan disetiap acara – acara besar, agar para generasi muda dapat mengetahui bahwa wayang kulit yang ditampilkan tersebut merupakan warisan budaya dari leluhur dan harus tetap dilestarikan agar dapat dinikmati oleh generasi-generasi penerus bangsa sehingga tidak dilupakan.

“Mudah-mudahan wayang kulit banjar ini tidak terlupakan, supaya anak muda jaman sekarang tahu kalo wayang kulit itu bukan hanya dari jawa sana aja,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Latest from Blog