NEWSWAY.ID, MARTAPURA – Jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) diawal tahun 2024 cukup tinggi, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banjar mencatat sebanyak 75 penderita DBD terjadi sejak pekan ke 3 Januari 2024.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinkes Kabupaten Banjar, Yasna Khairina melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Banjar, Marzuki, Selasa (16/1/2024).

“Perbandingan kasus DBD dari tahun 2023 dengan 2024 ini peningkatannya sudah cukup kelihatan, pada tahun 2023 jumlahnya sekitar 617 an sementara Januari 2024 kita sudah menginjak 75 kasus penderita DBD,” ungkap Marzuki saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (16/1/2024).

Dari 75 kasus di Januari 2024, lanjut Marzuki, yang paling banyak terdapat di Kecamatan Gambut sebanyak 15 penderita, disusul Kecamatan Martapura ada 13 penderita dan Kecamatan Sambung Makmur 9 penderita.

DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes Aegypti.
Marzuki merinci, dari data yang pihaknya punya per kecamatan di Kabupaten Banjar ada 20 kecamatan yang kalau dijumlah di tahun 2023 per bulannya yakni Januari 51 penderita, Februari 65 penderita 1 meninggal, Maret 67 penderita dan 1 meninggal, April 54 penderita, Mei 75 penderita, Juni 44, Juli 47, dan Agustus 34 penderita.
Lalu, terjadi penurunan di bulan November yaitu 15 kasus, kemudian naik di bulan Oktober 27 penderita, November 45, Desember jadi puncaknya yakni 93 penderita dan meninggal 1 orang.
Marzuki juga mengatakan, kasus DBD di Kabupaten Banjar meningkat karena terjadinya peralihan antara musim panas dengan musim penghujan.
“Banjir juga mempengaruhi lonjakan DBD, nyamuk DBD ini berkembang biak di tempat-tempat penampungan air bersih di dalam rumah maupun di sekitar lingkungan seperti bak mandi, kolam, kaleng bekas dan lainnya,” bebernya.
Adapun, gejala awal DBD yakni mendadak panas tinggi selama 2 hingga 7 hari, tampak lemah juga lesu, timbulnya bintik-bintik merah pada kulit dan sering terasa nyeri di ulu hati.
“Gejala lanjut, kadang-kadang terjadi pendarahan di hidung dan di bawah kulit, kadang terjadi muntah atau berak darah, kemudian bila sudah parah menderita mengalami gelisah, tangan dan kaki dingin serta berkeringat, yang bila tidak segera ditolong dapat menyebabkan kematian,” sebutnya.
Marzuki mengimbau, kepada masyarakat agar aktif melakukan upaya PSN 3M plus dan menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PBHS) dengan melakukan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J).
Sementara itu, Wakil Direktur Pelayanan Medik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ratu Zalecha Martapura, Agus Dwi Karyanto mengatakan, penderita DBD yang melakukan rawat inap hingga pekan ke-3 Januari 2024 sudah menyentuh angka 27 penderita.
“Saat ini untuk kasus DBD yang rawat inap ada 25 penderita, dan rawat jalan ada 2 penderita, kalau di Desember 2023 ada 58 penderita DBD yang rawat inap dan 5 penderita yang rawat jalan,” katanya kepada Newsway.id, Selasa (16/1).
Agus memaparkan, dari 27 penderita tersebut, kebanyakan menyerang anak-anak yang memiliki imun tubuh lemah.
“Paling rentan DBD menyerang anak-anak, karena mereka memiliki imun yang lemah,” ucapnya.
Untuk ketersediaan tempat tidur pada kasus DBD di Rumah Sakit Ratu Zalecha, Agus mengatakan kondisi saat ini hampir penuh, bahkan pihaknya ada penambahan tempat tidur.
“Untuk pasien DBD biasanya berada di ruang penyakit dalam dan diruang anak, dari ketersediaan hari ini di enam ruang penyakit dalam baik kelas 1 hingga kelas 3, bed yang tersedia hanya 2 tempat tidur saja, sementara untuk ruang anak yang terdiri dari lima ruang anak tersisa 4 tempat tidur saja,” pungkasnya.
Agus menambahkan, selagi ketersediaan tempat tidur masih tersedia, pasien dengan diagnosa DBD akan diterima, apabila penuh akan dirujuk ke rumah sakit swasta seperti di RS Pelita Insani maupun di RS Almansyur.