KANG JAMBUL BERGUMUL DENGAN BABI

30 Agustus 2024
Kang Jambul Bergelut dengan Babi (Foto Dokumen Pribadi/newsway.id)

Oleh *). Yuri Muryanto Soedarno

~ Advertisements ~

Bulan Agustus 2024 minggu terakhir, saat suasana pancaroba.

~ Advertisements ~

Datanglah teman saya ( Nandar ) yang baru beberapa minggu resign dan pulang sebagai buruh harian pada salah satu proyek di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

~ Advertisements ~

Dia bercerita suka duka sebagai buruh dari salah satu perusahaan pada pembangunan embung bandara.

~ Advertisements ~

Saya bertanya padanya, “Lho kenapa berhenti, Kang ? “
” Jauh dari anak istri, dan airnya saya ngga tahan. Air untuk masak dan minum beli, tapi untuk mandi dan lainnya, ngga tahan saya”.
katanya.

Saya perhatikan mukanya, dalam hati saya membenarkan ucapannya.

Karena beberapa bulan waktu pamit sama saya, muka bersih yang sawo matang itu tidak terlihat blontang blonteng. Tapi saat bertemu itu, banyak berhias ‘pulau pulau panu’ di wajahnya.

Seperti bisa membaca pikiran saya, dia menimpali,
“ini sudah berkurang Mas, setelah beberapa minggu saya obati terus” ujarnya sambil tersenyum.

Tak lama kemudian bertandang juga seorang teman (Trisno). Sarjana tehnik sipil (tukang insinyur) ini, datang dengan sewot berat.

Karena baru saja mau mencoba menjadi pekebun, tetapi tanaman sudah di rusak babi hutan.
Ubi kayu, ubi jalar, pisang, jambu kristal dan tanaman lainnya ringsek rusak porak poranda.

Yang paling dia sewot adalah, pohon Aren Genjahnya yang masih kecil kecil (sekitar umur pindah tanam ke lahan) di injak injak dan di makan serta dijadikan mainan oleh para sang babi hutan.

Bukan tentang Nandar atau Trisno yang mau diceritakan di sini.

Tapi tentang Kang Jambul, seorang pemburu babi hutan tradisional.

Mengengar problema di kebun Trisno itulah, Kandar lalu menginformasikan untuk bertandang ke tempat Kang Jambul sebagai pemburu babi tradisional, untuk mengatasi hama penganggu kebunnya.

Lalu, dengan rasa penasaran ingin tahu. Jadilah saya ikut juga mencari tempat tinggal pemburu tersebut.

Setelah kurang lebih satu jam, dan bertanya sana sini di lintasan perjalanan. Sampailah kami bertiga bertemu Kang Jambul, yang kala itu sedang bersilahturahmi di rumah tetangganya (Mbah Suto).

Suguhan kopi hitam panas yang masih mengepul, dihidangkan untuk kami nikmati.
Yang akhirnya kami tahu, Kang Jambul tinggal tidak jauh dari Mbah Suto.

Rupanya sudah puluhan tahun juga Kang Jambul ini menggeluti aktifitas berburu babi, yang mana dagingnya di jual kepada yang mau menikmatinya.

Kami kebetulan tidak bisa mengkonsumsi daging hewan itu.

Setelah menceritakan maksud kedatangan ke rumah Kang Jambul. Ngobrol lah Trisno tentang lokasi kebunnya yang di usik sang babi.
Rupanya dia pun sudah tahu seputaran lokasi kebun itu.

Ternyata sudah banyak juga lokasi ‘penganggu kebun’ yang telah dijelajahi oleh Kang Jambul.

Baik itu di Pulau Laut maupun di Pulau terbesar ketiga di dunia (Pulau Kalimantan). Diantaranya adalah, lembah Gunung Jambangan, Gunung Pasar, Gunung Hantu / Tengkorak, Sungai Buah, Labuhan Emas dan lainnya.

Serta beberapa lokasi di lembah pegunungan Meratus serta lokasi lokasi lainnya di Pulau Kalimantan.

Dalam perburuan dia terkadang melakukannya sendiri atau ditemani beberapa anjing peliharaan nya.
Bisa juga dengan beberapa teman serta puluhan ekor anjingnya.

Besar dan kecilnya team perburuan, tergantung dari gambaran lokasi serta informasi awal yang diterimanya.

Dalam perburuan, bisa dengan pola base camp menetap, atau base camp berpindah.
Apapun pola perburuan tersebut, tentunya, diperlukan pula keahlian membaca jejak dan mengetahui tabiat hewan buruan tersebut.
Juga cara membuat jebakan, membaca arah angin, cara berjalan dan lainnya.

Selain perburuan di hutan dan perkebunan, bisa juga dilakukan di pemukiman.

Jambul juga bercerita, pernah juga berburu kawanan babi yang menyerang hewan ternak kambing dan sapi penduduk, yang umumnya di pemukiman perkampungan yang dekat hutan.

Waktu kami mengobrol, Kang Jambul ditemani oleh Mbah Suto yang juga terkadang menemani dalam perburuan.

Mbah Suto bercerita pula, bahwa pernah juga tersesat saat hujan di lembah hutan, dan mendapati pondokan.

Karena hujan dan kelelahan serta kurang tidur, mereka beristirahat dan tertidur di pondok tersebut.

Pagi harinya begitu terbangun, pondok tersebut tidak ada yang ada hanya pohon besar dengan puntung rokok bertebaran serta parang tergantung dan tombak tersandar di pohon tersebut.
Wallahuallam.

Dalam obrolan itu pula, Nandar menyeletuk “Kang Jambul waktu berburu, apakah pernah mengalami hal yang aneh ? “
Jambul menuturkan, bahwa pernah melihat babi yang berkalung di lehernya, tapi dia tidak punya kalung tersebut.

Tapi pernah suatu ketika waktu memotong babi, mendapati benda aneh seperti batu yang terdapat di leher babi. Dan mengatakan, ” ngga tahu, batu apa itu “.
Katanya, ada juga yang bertanya padanya, ” apakah itu ‘batu buntat babi’? “
Lagi lagi dia juga mengatakan “Tidak tahu”, tentang benda yang seperti batu tersebut.

Tapi kalau yang berkalung di leher nya, saya hanya pernah melihatnya satu kali dan dipakai oleh babi yang ada di depan.

Trisno, juga bertanya ” Apakah benda yang dibawa babi berupa kalung itu, yang disebut ‘rantai babi’, dibawa dengan digigit atau berada di leher ?”
“Saya melihatnya di leher babi, bendanya bukan di gigit ” katanya menandaskan.
” Kalau rantai babi saya tidak punya, tapi hanya pernah melihatnya saja ” jelasnya
“Waktu saya tombak pada babi yang berkalung, tombak saya pun mental, dan babi itu terus berlari ke dalam hutan” ujarnya
” Yang ada pada saya ya, ‘benda mirip batu’ yang saya dapat dari dalam salah satu leher babi itu “
Wallahuallam bissawab.

Keesokan harinya, setelah bertandang ke rumah Kang Jambul.

Trisno mengontak saya via whatsapp dan ber ujar, ” Mas mau daging dari kebun saya ?”
” Maksudnya gimana Bro, kurang jelas ?” tanya saya.
” Maksudnya Kang Jambul, berhasil menangkap dua, dari lima yang dia lihat menjadi hama di kebun saya, ” katanya menjelaskan, sambil tertawa.

” Ngga’ dech Bro, habisin aja kalo mau, ” sahut saya, sambil tertawa.

*). Yuri akrab disapa Ceppe / Utuh Iyur : alumni FISIP ULM, salah satu pelopor MPA Fisipioneer, pernah mengajar di beberapa Perguruan Tinggi / SLTA, kadang menulis tentang lingkungan, traveling (petualangan), bisnis, cerpen, puisi, serta menyikapi fenomena sekitar.

Tinggalkan Balasan

Latest from Blog