NEWSWAY.ID, MARTAPURA – Perajin tahu dan tempe di Kabupaten Banjar harus memutar otak alias mengakali produksi untuk bisa bertahan, kondisi tersebut menyusul harga bahan baku (kedelai) yang naik tajam menyentuh Rp 18.600 per kilogram dari sebelumnya Rp 16.600 per kilogram.

Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banjar, Kencana Wati melalui Kasi Pengendalian Barang Kebutuhan Pokok dan Penting Bidang Perdagangan Eka mengatakan, beberapa hari belakangan kenaikan harga kedelai mencapai 12 persen, dari yang sebelumnya berada di harga Rp 16.600 per kilogram kini menjadi Rp 18.600 per kilogramnya.
“Kenaikan harga kedelai impor dikarenakan Indonesia yang 80 persennya mengandalkan impor kedelai dari luar negeri seperti Amerika Serikat ataupun Brasil, sehingga harga kedelai dunia juga mengalami kenaikan,” ungkap Eka belum lama tadi.
Lantaran harga kedelai impor yang naik itu, beberapa perajin tahu pun terpaksa menyiasatinya dengan menaikkan harga.
Salah satunya Ahmad Rifani (30) Pemilik Pabrik Permata di Martapura, Kabupaten Banjar, mengaku bahwa saat ini memang harga kedelai impor sedang merangkak naik.
“Untuk perkilonya kami masih diharga Rp 12.000, setiap sekali beli itu satu ton dengan harga Rp 12 jutaan, sekali produksi menghabiskan 100 hingga 150 karung untuk 30 sampai 35 papan tahu, sementara harga per papan tahu dijual seharga Rp 106.000,” tutur pemilik pabrik tahu yang sudah beroperasi sejak 2018 silam itu.
Sebagai pengusaha tahu yang saat ini bahan bakunya tengah mengalami kenaikan harga, Rifani mengatakan perlu menggencarkan informasi tersebut kepada pengecer maupun pembeli tahu.
“Namanya harga semakin meningkat, terpaksa kita menerima secara perlahan, untuk ukuran pun kami masih seperti biasa dan harga juga terpaksa kami naikkan,” ungkap Rifani.
Rifani juga mengatakan, sebelumnya pemerintah pernah memberikan subsidi kedelai yaitu subsidi Rp 1 juta per ton.
Namun, menurut Rifani, belakangan subsidi itu sudah tidak didapatkannya dari pemerintah setempat.
“Mungkin karena harga ongkos kirim juga mengalami kenaikan sehingga bahan pun juga naik, saat ini stok bahan juga agak sendat,” ucapnya.
Hal serupa juga diungkapkan Zainab (50) penjual tahu asal Kampung Melayu, Martapura mengaku kini harga tahu yang ia jual turut mengalami kenaikan sejalan dengan harga kedelai impor yang naik.
“Saya beli satu papan tahu di pabrik harganya sekarang Rp 106.000 sebelumnya diharga Rp 90.000,” ujar Zainab.
Zainab yang sudah berjualan selama 18 tahun ini pun mensiasati dengan cara menjual kembali tahu-tahu itu kepada para konsumen dengan dua ukuran yang berbeda yakni ukuran besar dan kecil.
“Kalau untuk tahu ukuran besar dipasang harga Rp 9000 perbungkus dari yang sebelumnya harga Rp 8000 per bungkus, sedangkan yang kecil itu masih diangka Rp 6000 sampai Rp 7000 perbungkusnya,” tutur penjual tahu yang akrab disapa Mama Lulu itu.
Mama Lulu juga mengakui, jualan tahu miliknya saat ini pasang surut, terlebih saat libur sekolah maka tahu yang ia jual kurang peminatnya.
“Biasanya kalau diacara arisan atau ibu-ibu di sekolah, itu laku dagangan saya, tiga papan yang saya beli perhari bisa langsung habis, tapi kalau lagi tidak ada arisan apalagi libur sekolah, sepi. Hanya beberapa pelanggan saja yang membelinya,” bebernya.
Sementara itu, salah seorang penjual gorengan asal Martapura Mariani mengatakan, perlu menaikkan harga gorengannya terutama tahu dan tempe, sebab apabila tidak dinaikkan dirinya akan mengalami kerugian.
“Terpaksa dinaikkan, tahu isi dan tempe goreng biasanya seribuan kini jadi Rp 1.500 per buah, kalau ukurannya tetap sama,” pungkasnya.