KWK Martapura, Menikmati Cita Rasa Banua di Tengah Riuh Pasar Tradisional

3 Oktober 2025
Lokasi Kawasan Wisata Kuliner (KWK) Martapura yang berlokasi di Pasar Bauntung Batuah Martapura (Foto : Muhammad Ervan Ariya Ramadani/newsway.co.id)

Pedagang dan pembeli sudah memadati kawasan perbelanjaan ini. Di sela teriakan pedagang menawarkan dagangan, ada satu sudut yang kini selalu jadi magnet: Kawasan Wisata Kuliner (KWK) Martapura. Lokasinya strategis, tepat di pusat pasar, membuat siapa pun bisa dengan mudah singgah sebelum atau setelah berbelanja.

~ Advertisements ~

Di sini, aroma makanan bercampur dengan kehidupan pasar yang tak pernah berhenti. Asap sate mengepul dari panggangan, kuah soto Banjar yang gurih menebar wangi menggoda, sementara suara piring dan sendok beradu menambah semarak suasana. Tak jarang, pengunjung harus rela antre hanya demi seporsi nasi kuning lengkap dengan lauk karing telang yang sudah melegenda.

“Kalau pagi ramai sekali, kayaknya orang ke sini bukan cuma buat makan, tapi juga buat kumpul. Rasanya lebih hangat, karena suasananya mirip ruang keluarga besar di tengah pasar,” ujar Hasan, salah satu pengunjung yang hampir setiap hari sarapan di KWK.

Deretan stan yang berjumlah sekitar 38 menjadi panggung utama ragam kuliner. Mulai dari rawon, ketupat Kandangan, sate ayam, nasi sop hingga lalapan dan aneka ikan bakar tersedia bagi pencinta kuliner Nusantara.

Tak hanya kuliner Banjar, ada juga menu modern yang digemari anak muda, sehingga tempat ini bisa merangkul berbagai selera. Meski sebagian stan masih kosong, hal itu tak mengurangi semarak kawasan. Justru, pengunjung penasaran menantikan stan-stan baru yang akan segera meramaikan.

KWK bukan hanya tempat mengisi perut. Kawasan ini perlahan menjelma jadi ruang sosial. Anak muda menjadikan sudutnya tempat nongkrong sambil menikmati kopi, keluarga datang bersama anak-anak untuk sarapan, hingga para pedagang pasar yang sekadar melepas lelah sejenak sebelum kembali beraktivitas. Interaksi sosial itu menjadikan KWK lebih dari sekadar deretan warung makan menjadi ruang pertemuan warga.

Dampak keberadaan KWK pun terasa nyata bagi perekonomian sekitar. Ahmad, pedagang pakaian di pasar, mengaku pembeli yang datang untuk makan sering kali juga berbelanja.

“Kalau orang sudah kenyang, biasanya keliling pasar juga. Jadi pasar makin ramai, kami para pedagang ikut merasakan manfaatnya,” katanya.

Bagi wisatawan, KWK menjadi gerbang mengenal Martapura lebih dekat. Tak hanya lewat rasa masakan, tapi juga suasana tradisional yang kental. Duduk di bangku sederhana sambil mendengar obrolan khas pasar adalah pengalaman yang jarang ditemui di restoran modern. Di sinilah keunikan KWK menyajikan cita rasa sekaligus atmosfer kebersamaan khas Banua.

Lebih dari sekadar deretan kuliner, KWK Martapura adalah simbol bagaimana sebuah ruang bisa menghidupkan pasar, mempererat warga, sekaligus menjaga warisan rasa daerah.

Di tengah riuh pasar tradisional, KWK hadir sebagai perayaan sederhana tentang kebersamaan, ekonomi lokal dan tentu saja kelezatan kuliner yang membuat siapa pun ingin kembali lagi.(nw)

Tinggalkan Balasan

Latest from Blog