Lebih dari Sekadar Olahraga Otak: Refleksi Manfaat Catur Menurut Master Nasional Yazid Pratama Al-Banjari

30 Juni 2025
Refleksi Manfaat Catur Menurut Master Nasional Muhammad Yazid Pratama Al-Banjari (Foto : Ilustrasi.pixabay / Newsway.co.id)

NEWSWAY.CO.ID, BARABAI – Catur mungkin terlihat sebagai permainan yang sunyi dan membosankan bagi sebagian orang. Namun di balik keheningannya, tersimpan sebuah dunia kompleks yang menantang cara berpikir, mengasah kesabaran dan membentuk karakter.

~ Advertisements ~

Muhammad Yazid Pratama Al-Banjari adalah seorang Master Nasional (MN) dari Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PERCASI) dan juga peraih gelar Arena Grand Master (AGM), gelar resmi dari Federasi Catur Dunia (FIDE) yang telah malang melintang di dunia percaturan Indonesia dan membuktikan bahwa catur tidak hanya melatih kecerdasan otak tetapi juga membentuk ketangguhan mental, memperkuat daya tahan diri serta menumbuhkan sportivitas yang jujur.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

Sebagai atlet dan pelatih catur asal Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, Yazid telah puluhan kali membawa nama daerahnya ke tingkat Provinsi, Nasional Maupun Internasional. Namun, lebih dari prestasi, ia ingin catur menjadi alat pembinaan karakter generasi muda.

“Catur bukan sekadar permainan. Ini latihan mental, logika dan pengendalian emosi. Manfaatnya bisa sangat luas, dari pendidikan sampai kehidupan sosial,” ujar Yazid.

Ia menyebutkan bahwa catur telah mengajarkannya banyak hal yang bahkan tidak didapat di bangku sekolah. Disiplin, berpikir sistematis dan kemampuan menyusun strategi adalah sebagian kecil dari manfaat yang dirasakan.

Dalam setiap langkah catur, pemain dituntut untuk tidak hanya memikirkan satu langkah, tetapi dua, tiga bahkan lima langkah ke depan. Itulah mengapa catur dianggap sebagai olahraga otak paling strategis.

“Kalau kita terbiasa bermain catur, maka secara alami kita akan terbiasa juga berpikir jangka panjang. Ini penting sekali dalam pengambilan keputusan di kehidupan nyata,” jelas Yazid.

Catur mengasah logika, membentuk pola pikir terstruktur, dan memupuk kebiasaan untuk berpikir sebelum bertindak. Hal ini, kata Yazid, sangat relevan dalam dunia kerja, pendidikan, bahkan dalam keluarga.

Selain itu, catur juga melatih kemampuan memecahkan masalah. Ketika seorang pemain dihadapkan pada posisi sulit, dia harus mencari jalan keluar dengan menggunakan sumber daya yang tersedia di papan.

“Dalam posisi sulit, pemain tidak boleh panik. Harus tetap tenang dan cari solusi. Itu sama seperti kehidupan,” katanya.

Menurut Yazid, inilah salah satu kekuatan catur: membentuk mental tangguh. Ia percaya bahwa orang yang terbiasa dengan tantangan di papan catur akan lebih kuat menghadapi tantangan hidup.

Catur juga membangun kesabaran. Tidak seperti permainan cepat yang mengandalkan reflek, catur adalah permainan penuh perhitungan. Setiap langkah harus dipikirkan matang-matang.

“Kesabaran itu mahal. Di zaman sekarang orang mudah marah, mudah menyerah. Catur bisa jadi terapi untuk memperlambat ritme, mengembalikan ketenangan berpikir,” ujarnya.

Yazid mengaku sering menjadikan catur sebagai sarana relaksasi setelah hari yang melelahkan. Bermain catur baginya adalah seperti meditasi aktif, yang memfokuskan pikiran dan melepaskan stres.

Sebagai pelatih, Yazid melihat sendiri transformasi para muridnya. Anak-anak yang dulunya pemarah atau tidak fokus menjadi lebih tenang, terarah dan percaya diri setelah belajar catur secara rutin.

“Catur itu membangun kepercayaan diri. Ketika anak bisa mengalahkan lawan setelah berpikir keras, dia merasa bangga. Itu pengalaman positif yang membekas,” katanya.

Ia juga menekankan bahwa catur mengajarkan nilai sportivitas sejati. Dalam setiap pertandingan, menang atau kalah adalah hal biasa. Yang penting adalah proses, usaha, dan sikap saling menghargai.

Dalam turnamen, Yazid selalu menanamkan nilai-nilai etika kepada murid-muridnya. Mulai dari menghormati lawan, tidak meremehkan siapa pun, hingga menerima hasil dengan lapang dada.

“Catur itu adil. Tidak ada faktor keberuntungan seperti lemparan dadu. Jadi, kalau kalah, artinya kita harus belajar lebih banyak. Ini pelajaran penting soal tanggung jawab,” ungkapnya.

Ia menambahkan, kekalahan dalam catur adalah peluang evaluasi. Setiap pertandingan dapat direkam dan dikaji ulang sehingga pemain bisa belajar dari kesalahan dan memperbaiki strategi.

Lebih jauh lagi, Yazid melihat catur sebagai alat pendidikan karakter. Ia meyakini bahwa jika catur diterapkan dalam sistem pendidikan maka akan melahirkan generasi yang lebih disiplin dan kritis.

Di Balangan, ia mendorong agar catur dijadikan ekstrakurikuler wajib di sekolah-sekolah. Ia juga menginginkan adanya klub-klub catur remaja yang aktif di tiap desa.

“Saya tidak bermimpi semua anak jadi atlet. Tapi saya ingin mereka punya pola pikir catur: terencana, sabar dan jujur,” kata Yazid.

Ia menilai bahwa catur sangat cocok untuk remaja di era digital. Di tengah arus informasi cepat dan budaya instan, catur hadir sebagai penyeimbang, mengajak untuk berpikir mendalam dan tenang.

“Main catur beda sama scroll TikTok. Di sini kamu harus duduk, diam, berpikir. Ini pendidikan konsentrasi yang alami,” ujarnya.

Selain untuk anak-anak, Yazid juga menyarankan agar orang dewasa dan lansia ikut bermain catur sebagai aktivitas rutin untuk menjaga kesehatan mental.

Ia menjelaskan bahwa banyak penelitian menunjukkan catur dapat mencegah penurunan fungsi otak, termasuk penyakit Alzheimer karena terus merangsang aktivitas kognitif.

“Catur itu seperti senam otak. Kalau tubuh butuh olahraga fisik, otak juga perlu latihan berpikir dan catur adalah salah satu cara terbaik,” tegasnya.

Di tengah masyarakat yang kerap mengabaikan pentingnya kesehatan mental, Yazid mengusulkan agar catur dipromosikan sebagai bagian dari gaya hidup sehat secara holistik.

Terkait dukungan pemerintah, Yazid berharap agar ada perhatian serius terhadap pembinaan catur, baik dari segi anggaran, fasilitas maupun penyelenggaraan turnamen.

“Selama ini, catur sering dianggap olahraga kelas dua. Padahal ini olahraga strategis yang murah dan bisa dimainkan siapa saja dari semua usia,” katanya.

Ia juga berharap adanya sinergi antara sekolah, pesantren, dan komunitas catur dalam menciptakan ekosistem yang sehat untuk perkembangan olahraga ini.

Sebagai penutup, Yazid memberikan pesan kepada masyarakat umum: jangan anggap remeh catur. Cobalah memainkannya, rasakan tantangannya, dan petik manfaatnya.

“Siapapun bisa belajar catur. Tak perlu jadi juara, cukup jadikan ini alat untuk memperbaiki cara berpikir dan membangun karakter diri,” pungkasnya.