Masjid Keramat Barabai Menjadi Peninggalan Kerajaan Demak di Kalimantan

18 Januari 2024
Masjid Karamat Barabai, bukti peninggalan kerajaan demak di HST. (Foto: Ramli/Newsway.id)

NEWSWAY.ID, BARABAI – Salah satu bukti kejayaan penyebaran Islam oleh Kerajaan Demak ke berbagai daerah di Kalimantan Selatan (Kalsel) terdapat pada Masjid Keramat Palajau.

~ Advertisements ~

Masjid yang berdiri kokoh sejak abad ke-14 ini berlokasi di Desa Pelajau, Kecamatan Pandawan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalsel, jaraknya sekitar tiga kilometer dari Kota Barabai dan dikelola secara swadaya oleh masyarakat setempat.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

Pantauan Newsway.id, Rabu (17/1/2024) malam, masjid ini sudah beberapa kali dilakukan renovasi.

~ Advertisements ~

Namun, masih mempertahankan ciri khasnya dengan memiliki kubah mirip bangunan masjid pada masa Kerajaan Demak.

~ Advertisements ~

Tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, masjid ini memiliki daya tarik tersendiri sebagai wisata religi, baik untuk ziarah, tempat berbagi acara keagamaan, bahkan erat kaitannya dengan cerita perjuangan melawan penjajah.

Salah satu warga setempat, Aidi mengatakan, Masjid Keramat tersebut masih sering menjadi tempat ziarah masyarakat dari berbagai daerah, selain ingin mengetahui lebih dekat tentang masjid, juga ingin berdoa untuk memenuhi hajatnya.

Bahkan, sejarah masjid ini pernah dibukukan dengan judul “Sejarah Masjid Keramat Pelajau Barabai” ditulis oleh Meldy Muzada Elfa yang merupakan masjid peninggalan Kerajaan Demak tertua di Kalsel.

Dalam buku itu, termuat pembangunan dilakukan pada abad ke-14 yang didirikan setelah datang utusan Raden Fatah dari Kerajaan Islam Demak bersama pangeran dari Kerajaan Banjar untuk melakukan perluasan kekuasaan Islam.

“Utusan dari Pulau Jawa itu berjumlah tujuh orang datang ke Tanah Banjar dengan menyusuri Sungai Negara Hulu Sungai Selatan, kemudian ke Sungai Buluh dan Ilir Pemangkih HST, sehingga sampai ke Sungai Palayarum di Desa Pelajau,” jelas Aidi.

Aidi menerangkan, para utusan tersebut setelah sampai di Pelajau lalu membangun masjid bersamaan dengan program dari pengembangan ajaran Islam Kerajaan Demak Bintaro yang membangun sembilan masjid.

Untuk Masjid Keramat Palajau ini dipercaya sebagai yang kelima dari sembilan masjid yang dibangun Kerajaan Islam Demak, sesuai dengan jumlah Wali Songo yakni sembilan orang.

Adapun, bukti sejarahnya terdapat pada tiang bangunan tersebut yakni tulisan pahat dari huruf Jawa di tiang menara dan terdapat tulisan tempat, nama hari dan waktu pendirian masjid.

Pada tiang itu pula terdapat lubang pahatan berbentuk panjang tempat penyimpanan catatan-catatan dengan tulisan Allah SWT, memuat silsilah orang-orang yang terlibat dalam pembangunan masjid.

Ada juga gumpalan rambut Raden Fatah, sebilah keris yang berkelok sembilan dan sebuah tombak segi tiga dengan ukiran sembilan wali.

Di samping itu, pada kubah mimbar digunakan motif pohon hayat, alam metodologi Dayak disebut batang garing yang melambangkan kesatuan alam atas dan bawah, konsep serba dua seperti siang malam, terang gelap, jahat atau baik, hidup dan kematian.

Keberadaan Masjid Keramat Palajau ini juga menjadi bukti dari perjuangan melawan penjajah Belanda pada masa lalu.

Tak jarang, lokasi masjid tersebut difungsikan untuk musyawarah dan mengatur strategi untuk melakukan perlawanan pada masa penjajahan.

Hingga kini, masjid tersebut masih sering diziarahi umat Islam, para pejabat, dan berbagai orang penting untuk melakukan salat dan memohon doa agar hajatnya terkabul.

Lebih dari itu, setiap kali perayaan Hari Raya Idulfitri dan Iduladha, masyarakat setempat seringkali melaksanakan tradisi “Batumbang” untuk anak-anaknya sebagai rasa syukur atas bertambahnya usia anak, memohon rezeki, dan mengharapkan berkah untuk tahun-tahun selanjutnya.

Tinggalkan Balasan

Latest from Blog