NEWSWAY.CO.ID, BANJARBARU – Di tengah pesatnya laju zaman, praktik gaya hidup sehat telah melampaui sekadar kebutuhan fisik. Aktivitas seperti lari, nge-gym, yoga, dan pilates kini menjelma menjadi simbol status dan bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat urban, khususnya di kalangan generasi muda.

Menurut Alfisyah, seorang Antropolog dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM), fenomena ini tidak bisa dipandang sederhana. Ia berpendapat bahwa tren hidup sehat sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya, kelompok usia, dan motivasi sosial individu.


Dalam pandangan antropologi ilmu yang menyelami seluk-beluk manusia, budayanya, dan perilaku sosial pola hidup sehat merupakan sebuah konstruksi sosial yang dibentuk oleh berbagai faktor, bukan murni kesadaran medis semata.
“Para lansia umumnya mulai aktif berolahraga karena dorongan untuk menjaga kesehatan, terutama setelah menyadari dampak dari pertambahan usia,” jelas Alfisyah.

Namun, motivasi yang berbeda terlihat pada generasi muda. Alfisyah mengamati bahwa banyak di antara mereka memilih aktivitas fisik bukan semata-mata demi kesehatan, melainkan karena gaya hidup yang sedang tren dan adanya tekanan sosial untuk menunjukkan bahwa mereka ‘kekinian’ dan mengikuti standar hidup modern.

“Anak-anak muda zaman sekarang banyak yang ikut gym atau lari bukan karena kesadaran kesehatan, tapi lebih karena takut ketinggalan tren atau yang mereka sebut FOMO (Fear of Missing Out),” imbuhnya.
Ia menambahkan, meskipun gaya hidup sehat itu baik dan harus didukung, jika motivasinya hanya ikut-ikutan tren, keberlangsungannya cenderung tidak akan lama.
“Kalau tujuannya hanya mengikuti arus, biasanya tidak akan konsisten. Begitu trennya beralih, aktivitasnya pun ditinggalkan,” ucap Alfisyah.
Fenomena ini juga didukung oleh berbagai studi. Jurnal Global Health Promotion (2022) mengindikasikan bahwa gaya hidup sehat kini tidak hanya terhubung dengan kesehatan fisik, tetapi juga status sosial dan simbol gaya hidup modern.
Senada, riset dari Journal of Health Psychology (2023) mencatat bahwa motivasi utama Generasi Z dalam memulai rutinitas olahraga adalah keinginan untuk memiliki penampilan fisik ideal dan diterima dalam lingkungan sosial mereka. Ini menunjukkan bahwa persepsi terhadap kesehatan tidak selalu murni berasal dari kesadaran medis, melainkan juga dari konstruksi sosial yang terus berkembang.
Meskipun demikian, Alfisyah mengakui bahwa tren ini membawa dampak positif. Setidaknya, meningkatnya minat terhadap aktivitas fisik dan kesadaran akan pola makan sehat telah membuka peluang bagi terciptanya masyarakat yang lebih peduli terhadap kualitas hidup.
“Gaya hidup sehat, meskipun berawal dari tren, bisa menjadi gerbang menuju kesadaran jangka panjang. Tantangannya adalah bagaimana menjaga motivasi itu agar tidak mudah pudar,” tuturnya.
Ia juga menekankan pentingnya pendekatan yang lebih personal dan edukatif dalam kampanye gaya hidup sehat. Hal ini bertujuan agar masyarakat tidak hanya sekadar mengikuti, tetapi benar-benar memahami alasan mengapa mereka harus melakukannya.(nw)