Program 100 Hari Wali Kota Banjarbaru, Tinggal Menghitung Hari, Sudah Sampai Dimana?

by
3 September 2025
Isuur Loeweng Suroto, Pimpinan Newsway.co.id. (Foto : Doc Pribadi/newsway.co.id)

Oleh : Isuur Loeweng Suroto

Hj Erna Lisa Halaby merupakan Wali Kota perempuan pertama di Kota Banjarbaru yang berpasangan dengan Wakil Wali Kota Wartono.

Tinggal hitungan minggu program kerja 100 hari Wali Kota Banjarbaru akan segera berakhir, kalau tidak salah tanggal 29 September 2025 program itu berakhir.

Lantas apakah kemudian ada progres yang cukup signifikan dari sekian persoalan yang dijadikan program prioritas, mari kita lihat bersama.

Jujur saya menulis catatan ini tidak ada tendensius apapun, ini murni tulisan yang saya buat dari pengamatan yang bisa saya amati dengan mata saya sendiri.

Kalau melihat atau memahami pasangan Lisa Halaby -Wartono mengusung Jargon Banjarbaru Emas (Elok, Maju Adil dan Sejahtera) tentunya mempunyai visi yang tidak sembarangan.

Sebenarnya beberapa program 100 hari yang dilakukan oleh Lisa beserta jajaran cukup memberikan kejutan bagi masyarakat, meskipun tidak semua mudah dilakukan.

Namun itu tentunya cukup memberikan bukti bahwa Lisa berusaha menjadi seorang leader yang visioner, ada 21 program yang akan dijalankan.

Beberapa program prioritas 100 hari yang dilontarkan Wali Kota di antaranya meminimalisir penjualan gas Elpiji 3 kilogram agar tidak melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) dengan mengeluarkan surat edaran.

Namun sayang persoalan gas 3 koligram adalah persoalan nasional, lantas apakah langkah yang diambil Lisa adalah salah, tentu saja tidak, langkah itu betul, minimal memberikan warning kepada pengecer ataupun agen dan pangkalan, meskipun sampai hari ini tidak memberikan efek besar ditingkat eceran.

Persoalan di lapangan harga bisa ditekan atau tidak, pasar sendiri yang akan menentukan, namun segala usaha seperti operasi pasar dan petemuan dengan pihak Pertamina sudah dilakukan.

Masyarakatpun tidak begitu hiruk pikuk pada akhirnya pasalnya harga gas 3 kilo itu sudah cukup mengakar di masyarakat, sangat mustahil bisa didapat dengan harga HET.

Selain itu ada hal yang cukup menarik, persoalan semrawutnya kabel dari vendor wifi maupun tv kabel serta kabel listrik dirasa menjadi persoalan bagi keindahan kota.

Program 100 hari Lisa Halaby memasukkan pembenahan atas semrawutnya kabel, namun diprioritaskan beberapa titik seperti jalan Panglimabatur dan jalan Mistar Cokrokusumo.

Pembenahan itu sudah dilakukan artinya bahwa apa yang dilontarkan dikerjakan, persoalan hasilnya seperti apa, tetapi usaha sudah dilakukan.

Membenahi kabel semrawut tidaklah mudah seperti menyeduh kopi dikala hujan, sebab banyak pihak yang terlibat pada persoalan itu, tetapi upaya itu sudah dilakukan dan itu patut diapresiasi.

Persoalan-persoalan lain yang menjadi prioritas Lisa dalam kinerjanya 100 hari adalah mitigasi banjir dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, pengentasan kawasan kumuh dengan program rehab RTLH.

Tahun 2025 sebanyak 101 RTLH akan diperbaiki oleh Pemko melalui Disperkim, saya pikir program ini akan menyentuh langsung kepada masyarakat seperti tujuan Lisa saat melontarkan program 100 harinya.

“Dalam 100 hari saya akan prioritaskan program yang langsung menyentuh masyarakat,” ucap Lisa kala itu, seusai dilantik.

Dari program ini, (meskipun juga sudah terjadi pada periode sebelumnya) tentunya akan memberikan support kenyamanan masyarakat dalam lingkup rumahnya.

Bahkan data yang sempat saya dapat, sebelum habis waktu 100 hari ada beberapa rumah yang sudah siap dilaunching setelah direhab.

Program lainnya adalah persoalan Mitigasi Banjir, Lisa bersama Forkopimda, LPM dan masyarakat, langsung terjun ke lapangan membersihi sungai di kawasan Landasan Ulin diawal program 100 hari berjalan.

Bahkan untuk menunjang capaian itu, melalui Dinas Pekerjaan Umum, Bidang Sumber Daya Air (SDA) akan melaksanakan sekitar 27 paket pekerjaan pada tahun 2025.

Proyek-proyek ini mencakup pekerjaan di sektor drainase dan sungai yang tersebar merata di seluruh kecamatan.

Demi keberhasilan memangkas atau meminimalisir persoalan banjir di Kota Banjarbaru, tidak ada pengurangan jumlah pekerjaan.

Tahun 2025, sekitar Rp50 miliar digelontorkan untuk mengurusi infrastruktur pencegahan banjir.

Bidang Bina Marga juga tidak mau kalah dalam memberikan support program 100 hari Wali Kota, pihaknya melakukan pembenahan di beberapa kawasan untuk menunjang keindaham dan kenyamanan masyarakat.

Sebut saja pengerjaan pedestrian jalan Panglimabatur dan kawasan eks pasar Banjarbaru, langkah ini memang juga sudah berjalan sebelumnya, namun setidaknya komitmen Lisa untuk memberikan kenyaman kepada masyarakat cukup serius.

Namun apakah hilirnya saja yang perlu diperhatikan untuk mengurangi dampak banjir itu, tentunya tidak, kawasan hulu juga harus diperhatikan, sebab suatu persoalan pasti besentuhan satu dengan yang lainnya.

Bidang lain yang juga masuk dalam program prioritas adalah persoalan sosial masyarakat, melalui Dinas Sosial beberapa kali memberikan bantuan langsung dalam bentuk sembako kepada masyarakat.

Sedangkan melalui Dinas Ketahanan Pangan, Perranian dan Perikanan juga beberapa kali telah melaksanakan kegiatan yang menyentuh langsung ke masyarakat.

Sebut saja, program Pangan Murah di kecamatan-kecamatan, lalu Fram Field Day juga dilaksanakan diberbagai tempat sebagai upaya mendorong ketahanan pangan.

Waktu terus bergulir, 100 hari kerja Wali Kota Banjarbaru masih bergulir, jika kemudian masih belum terlalu signifikan capainnya mungkin sisa waktu akan dimaksimalkan.

Banyak hal yang mesti diamati bersama oleh masyarakat, agar kedepan Banjarbaru akan terus berkembang di bawah kepemipinan Wali Kota perempuan pertama.

Catatan pribadi saya, yang menurut saya juga penting diperhatikan pemerintah adalah, ketersediaan tempat pembuangan sampah sementara (TPPS), nakalnya developer yang tidak tuntas mengurusi perumahan yang dibangun, persoalan sengketa lahan juga mesti diperhatikan.

Kita tunggu ending 100 hari Hj Ena Lisa Halaby-Wartono.

Tinggalkan Balasan

Latest from Blog