NEWSWAY.CO.ID, BANJARMASIN — Salah satu pelopor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Adinegoro, telah tersohor dengan tulisannya yang berdampak terhadap masyarakat.


Untuk mengenalkan pemikiran Adinegoro kepada pers kampus, PWI Kalsel mengadakan diskusi Adinegoro sekaligus Pelatihan Pers Kampus, Sabtu (8/2/2025).



Setelah sebelumnya pelatihan Pers Kampus digelar di Jakarta, kali ini Pers Kampus Universitas Lambung Mangkurat, Kota Banjarmasin menjadi sasaran pelatihan.

Dalam pelatihan tersebut dijabarkan, Adinegoro lahir di Sawahlunto pada 14 Agustus 1904. Intelektual ini memulai kegiatan jurnalistik pada tahun 1920an dari lingkungan kampus kedokteran.

Sebagai salah satu pejuang, Adinegoro memanfaatkan tulisan untuk melawan para penjajah pada masanya.
Adinegoro percaya bahwa kekuatan kata-kata atau narasi dapat digunakan untuk melakukan perubahan.
Tak heran, pemikirannya tentang pers menjadi dasar jurnalisme yang relevan hingga sekarang, tak terkecuali Pers Kampus.
Menurut Adinegoro, kader profesi wartawan terdidik lahir dari kampus karena di sana ibaratkan kebun yang menciptakan kader profesional.
“Kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi pers kampus tentang aktivitas wartawan ala Adinegoro,” kata Wartawan Senior, Artini yang menjadi salah satu pemateri dalam pelatihan.
Artini menegaskan, wartawan harus berani, pintar dan bisa menulis.
“Kalaupun tidak bisa menulis, jangan khawatir karena semua butuh proses. Karena itulah, diadakan pelatihan ini,” kata Arti.
Kegiatan ini diharapkan dapat menarik minat pers kampus untuk menjadi wartawan.
“Untuk menjadi wartawan tidak mudah. Seleksinya cukup ketat, mengingat peran mereka sebagai orang yang mencari kebenaran sejati,” jelas Arti.
Menjadi wartawan versi Adinegoro, menurut Arti, harus bisa mencari kebenaran yang berangkat dari fakta dan data sehingga tidak sembarang berbicara atau menulis.
Pers Kampus bagi Adinegoro adalah darah muda yang berarti sebuah organisasi yang dikelola anak-muda.
“Jadi mereka benar-benar orang yang berani, jujur, bertanggung jawab, serta memiliki kebebasan yang kritis untuk menulis apa yang dibutuhkan masyarakat,” jelas Arti.
Dengan terselenggaranya acara ini, Arti berharap pers kampus dengan pemikiran Adinegoro dapat menjadi wartawan bintang.
“Wartawan bintang itu adalah wartawan yang sungguh-sungguh, bukan hanya karena gaji, perintah atasan, mengejar deadline, tapi ada sesuatu yang diperjuangkan,” pungkasnya.
Dalam rangka mengapresiasi karya jurnalistik pers kampus, Anugerah Adinegoro menambah satu kategori baru yakni Anugerah Jurnalistik Adinegoro Pers Kampus dengan total hadiah senilai Rp 25 juta.