NEWSWAY.CO.ID, BANJARMASIN – Universitas Lambung Mangkurat (ULM) kembali menjadi sorotan setelah Rektornya, Ahmad Alim Bachri, mencetuskan wacana Uang Kuliah Tunggal (UKT) nol rupiah melalui program integrasi pertanian dan peternakan.


Gagasan ini disampaikan dalam acara “Sinergisitas Pelaksanaan Kegiatan Ketahanan Pangan Bidang Peternakan” di Fakultas Pertanian ULM, Pelaihari, Rabu (8/1/2025).



Rektor Ahmad menyatakan, rencana ini telah diajukan kepada Presiden RI, Prabowo Subianto, dan mendapat respons positif.

Menurutnya, lahan seluas 10.000 hektare disiapkan untuk mengembangkan pertanian dan peternakan, termasuk tanaman kopi.

Ahmad mengklaim, dari hasil panen kopi saja, universitas berpotensi meraih pendapatan hingga Rp 2 triliun.
“Jika harga kopi per kilogram Rp 50 ribu, maka hasil panennya mampu menutupi biaya operasional UKT seluruh mahasiswa,” jelas Ahmad.
Namun, gagasan ini menuai pro-kontra di kalangan mahasiswa dan alumni.
Kritik atas Realisme dan Prioritas Kampus
Sejumlah mahasiswa menyatakan skeptisisme terhadap wacana ini.
Muhammad Iqbal Hisyam Qiroth, mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kemasyarakatan angkatan 2019, menganggap gagasan ini lebih seperti gimik untuk menarik simpati.
“Kampus kita menghadapi banyak masalah struktural, termasuk birokrasi berbelit-belit dan kesalahan fatal dalam pengelolaan akademik. Fokus mestinya pada pembenahan internal, bukan menjanjikan hal yang tidak realistis,” ujar Iqbal.
Zainal Abidin dari FKIP 2019 menyarankan agar program ini dikonsolidasikan terlebih dahulu melalui dialog dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Himpunan Mahasiswa (HIMA).
“UKT adalah isu penting. Jika rektor mengumumkan tanpa melibatkan mahasiswa, itu melanggar prinsip partisipasi dalam dunia pendidikan,” tegas Zainal.
Harapan atas Gagasan Kreatif
Di sisi lain, Salma, mahasiswa Fakultas Hukum 2023, menilai gagasan ini menarik dan memiliki potensi jika dikelola dengan baik. Namun, menurutnya, rencana ini memerlukan perencanaan matang dan dimulai dari skala kecil.
“Proyek seperti ini membutuhkan modal besar dan proses panjang. Nol UKT bukan hal yang bisa langsung diwujudkan,” ujarnya.
Krisis Internal dan Isu Tata Kelola Keuangan
Selain wacana ini, ULM tengah menghadapi sejumlah persoalan internal.
Krisis tata kelola keuangan mencuat setelah 100 dosen yang tergabung dalam Aliansi Dosen ASN Kemendikbudristek menuntut pembayaran tunjangan kinerja. Kampus juga dikritik karena penurunan akreditasi dari Mandiri ke Madya.
Seorang sumber internal yang enggan disebutkan namanya menyebutkan, langkah rektor ini bisa jadi hanya strategi untuk mempertahankan posisinya menjelang suksesi kepemimpinan tahun depan.
“Rektor tampak lebih sibuk mempertahankan kursi daripada mengatasi krisis di universitas,” ungkapnya.
Tanggapan Rektor
Dalam pidatonya, Ahmad mengungkapkan optimisme atas dukungan pemerintah dan keyakinannya terhadap keberhasilan program ini.
“ULM menjadi universitas pertama di Indonesia yang berupaya mewujudkan nol UKT, dan kami mendapat dukungan penuh dari Presiden,” katanya.
Meski demikian, waktu akan menjawab apakah program ambisius ini dapat terealisasi atau hanya sekadar wacana.