Sejarah Desa Tungkaran Mayit Hingga Cerita Legenda Nisan Berdarah dan Makam Para Datu

Makam para Datu yang terkenal di Desa Tungkaran (Foto : Muhammad Ervan Ariya Ramadani/newsway.co.id)

Desa Tungkaran, Kecamatan Martapura merupakan salah satu Desa cukup tua yang terletak di Kabupaten Banjar.

~ Advertisements ~
Tugu Desa Tungkaran Martapura (Foto : Muhammad Ervan Ariya Ramadani/newsway.co.id)

Desa Tungkaran yang memiliki luas 750 hektare ini memiliki cukup banyak sejarah dan cerita rakyat yang cukup menarik untuk didengarkan, mulai dari julukan Tungkaran Mayit hingga cerita yang cukup melegenda yaitu nisan berdarah.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

Hal tersebut sedikit dibantah oleh Sekretaris Desa Tungkaran, Muhammad Helmi. Ia mengatakan bahwa julukan Desa Tungkaran Mayit itu tidak tepat untuk menggambarkan asal usul nama Desa Tungkaran.

“Tungkaran atau nama lainnya Tangkaran adalah tempat pangkalan perahu atau orang sini bilang tempat menaruh jukung para warga yang ingin berladang dan Desa Tungkaran dulunya tempatnya tentara bergerilya,”ungkapnya saat diwawancarai di Kantor Desa Tungkaran, Jumat (16/5/2025).

~ Advertisements ~

Helmi mengatakan, persepsi masyarakat dengan nama Tungkaran Mayit itu dikarenakan adanya nama Desa Keramat yang bersebelahan dengan Desa Tungkaran.

“Desa Tungkaran ini adalah pemekaran dari Desa Keramat pada tahun 1978,”ucapnya.

Sekretaris Desa Tungkaran, Muhammad Helmi (Foto : Muhammad Ervan Ariya Ramadani/newsway.co.id)

Salah satu Toko Masyarakat yang sempat menjadi Sekretaris Desa Tungkaran, Syahril Hasan mengkonfirmasi terkait julukan nama Desa Tungkaran Mayit.

“Desa ini pada zaman dulu adalah Desa yang pertama kali datarannya ditinggikan oleh Pemerintah, sehingga para Desa tetangga lainnya jika ada warganya yang meninggal dunia akan di kuburkan di Desa Tungkaran,” ujarnya saat diwawancarai di Rumahnya, Jumat (16/5/2025).

Desa Tungkaran memiliki cerita rakyat yang cukup melegenda di Kabupaten Banjar yaitu nisan berdarah. Nisan berdarah ini menceritakan dua insan yang saling jatuh cinta yang terhalang oleh adat dan kasta.

Syahril menceritakan terkait cerita rakyat nisan berdarah ini, dua insan ini bernama Mashor dan Fatimah. Mashor adalah orang yang tidak mampu yang bekerja di rumah orang tua Fatimah sebagai pembantu.

Mashor berasal dari keluarga yang miskin, tetapi mempunyai pendidikan yang tinggi dan budi akhlaknya tinggi yang mempunyai keahlian membaca Al-Quran yang sangat indah didengar.

Keluarga Fatimah yang mengetahui hubungan Mashor dan Fatimah memutuskan untuk menjauhkan Mashor dari Fatimah dengan menugaskan Mashor menjaga kebun karet dan ladang keluarga Fatimah di seberang sungai. 

“Fatimah dijodohkan dan dilamar oleh pemuda bernama Muhdar yang masih ada hubungan keluarga. Fatimah menentang keputusan ini, akan tetapi Fatimah tidak memiliki pilihan lain,” ungkap Syahril.

Pada suatu ketika, kejadian musibah kebakaran menimpa rumah Fatimah. Mashor yang melihat kobaran api dari seberang sungai langsung mendatangi rumah Fatimah untuk membantu menyelamatkan Fatimah yang sudah tidak sadarkan diri dikarenakan dari api dan jatuhan bara panas yang menimpa badan Mashor. Setelah Fatimah dibawa keluar Mashor disambut Muhdar dengan merebut Fatimah dari pangkuan Mashor. 

Mashor pingsan karena terlalu banyak luka bakar yang dialaminya. Ia meninggal karena luka yang cukup parah, Mashor dimakamkan di perkebunan karet atau tepatnya sekarang berada di Desa Tungkaran.

“Menurut cerita, Mashor dimakamkan dengan sederhana dimana dengan nisan dari ulin dan dipagari dengan bambu,” lanjut Syahril.

Salah satu Toko Masyarakat yang sempat menjadi Sekretaris Desa Tungkaran, Syahril Hasan (Foto : Muhammad Ervan Ariya Ramadani/newsway.co.id)

Fatimah yang mengetahui berita duka ini, bergegas untuk mencari kuburan Mashor pada malam hari dalam keadaan hujan deras.

Fatimah entah alusinasi dan melihat wujud Mashor dengan muka tersenyum melihat kearah Fatimah. Tanpa pikir panjang, Fatimah berlari menghampiri wujud Mashor

Fatimah tersandung dan terjatuh kepagar bambu yang melindungi kuburan Mashor dan menusuk tubuh Fatimah tepat di dadanya. Darah yang mengalir dan melumuri nisan Mashor, Fatimah pun meninggal dengan senyumnya karena ia meyakini cinta sejatinya.

“Tetapi tetap cerita ini adalah legenda masyarakat setempat saja, untuk kebenarannya kita masih belum mengetahuinya,”ucap Syahril.

Cerita legenda atau cerita rakyat memang seringkali berfungsi sebagai cerita yang mewarnai atau membentuk identitas sebuah daerah. Legenda bisa menjadi asal-usul suatu tempat, peristiwa sejarah, atau bahkan mitos yang diyakini oleh masyarakat setempat. 

Syahril mengatakan, Desa Tungkaran juga memiliki beberapa makam yang cukup terkenal dan sering dikunjungi oleh masyarakat untuk berziarah.

“Makam yang terkenal disini adalah istri Datu Kelampayan yaitu Datu Bajut dan Datu Bidur. Makam Syekh Abdul Wahab Bugis yang memiliki cerita dengan keimanannya yang sangat alim hingga memiliki cerita jika sidin sarik (marah) melihat perahu yang laju, sidin hanya memegang tiang rumah dan perahu itu tidak bisa jalan,” katanya.

“Ada juga makam Syekh Sayyid Achdan atau dikenal dengan Datu Kalangkala karena dikubahnya terdapat pohon Kalangkala,” lanjut Syahril.

Tinggalkan Balasan