Sejumlah Warga Keluhkan Limbah, Kalapas Perempuan Martapura: Ada IPAL Sebagai Solusinya

by
8 Januari 2024
Warga Pintu Air

NEWSWAY.ID, MARTAPURA – Sejumlah warga di sekitar Jalan Pintu Air, Kelurahan Tanjung Rema, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar mengeluhkan limbah yang keluar dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas II A Martapura, Minggu (7/1/2024).

~ Advertisements ~

“Ada tiga sumur yang terkena dampak dari pembuangan limbah sanitasi milik Lapas dan sumur itu tidak bisa digunakan karena sudah tercemar, kemarin kami juga ambil sampel air yang ada dan benar saja air sumur kami sudah tercemar karena limbah sanitasi milik Lapas, aroma tidak sedap juga menjadi persoalannya” ungkap salah seorang warga Jalan Pintu Air, Jamrullah.

Jamrullah juga mengatakan, atas kejadian itu, warga yang sumurnya terdampak terpaksa harus mengambil air di irigasi melalui pipa sepanjang 100 meter.

“Jadi dengan terpaksa kami mengambil air di irigasi melalui pipa yang dibeli secara pribadi,” ucapnya.

Persoalan pencemaran sumur warga ini, dikatakan Jamrullah sudah terjadi dalam kurun waktu 10 tahun lamanya hingga sekarang.

“Kami sudah pernah menyampaikan ke pihak lapas pada tahun 2022 yang lalu, namun sampai saat ini belum ada tanggapan dan masih saja seperti itu,” tutur Jamrullah.

Menanggapi keluhan itu, Kepala Lapas Perempuan Kelas II A Martapura, Lilis Yuningsih mengakui jika untuk pembuangan limbah saat ini masih terkendala dan itupun sudah berlangsung lama jauh sebelum dirinya menjabat. 

“Untuk permasalahan limbah, ada Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sebagai solusinya yang telah kami bangun, dan itu ditargetkan akan rampung pada akhir Januari 2024, IPAL ini bisa menampung dan bertahan hingga 10 tahun kedepan,” ungkapnya.

Kalapas Perempuan Kelas II A Martapura saat mendengarkan keluhan yang disampaikan Warga Pintu Air mengenai limbah air pembuangan milik Lapas, Minggu (7/1). (Foto: Juwita/Newsway.id)

Tak hanya itu, Yuningsih menyampaikan, bahwa sudah melakukan penanganan sementara dengan cara menerjunkan sejumlah petugas untuk membersihkan saluran pembuangan limbah dari lapas yang mengalir ke jalan.

“Setelah ada protes warga setempat, kami langsung turunkan petugas untuk melakukan pembersihan sementara, dan itu langsung saya yang memantau meskipun hari libur,” bebernya. 

Perihal permasalahan limbah yang dikeluhkan oleh sejumlah warga dan sudah terjadi 10 tahun lamanya ini, Yuningsih mengaku baru saja mengetahuinya.

“Ya karena saya baru satu tahun bertugas disini, dan keluhan itu baru saya dengar hari ini makanya saya langsung turunkan para petugas untuk membersihkannya,” katanya. 

Yuningsih juga memastikan bahwa pada Haul Guru Sekumpul nantinya, limbah yang merembes hingga kepermukaan sebisa mungkin tidak akan terjadi lagi.

Ditempat terpisah, Kepala Bidang Penataan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan DPRKPLH Banjar, Gusti Rendy Firmansyah menyampaikan, keluhan warga Pintu Air terkait limbah sudah diselesaikan melalui mediasi secara kooperatif.

“Karena ini lembaga pemerintah bukan badan usaha, kalau badan usaha dia punya ijin usaha sehingga bisa kita terapkan peraturan LH, namun karena ini pemerintah ada alur-alur yang harus ditempuh secara anggaran,” ujar Rendy saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (8/1).

Rendy juga mengatakan, saat ini kondisi lembaga pemasyarakatan tersebut kapasitasnya sudah melebihi batas, sehingga sanitasi itu sudah perlu diperbaiki.

“Menurut pengelola LP mereka sudah mengajukan ke lembaga vertikal di atasnya dan masih menunggu dana untuk perbaikan sanitasi tersebut, sambil menunggu perbaikan itu kami juga menyarankan untuk jangka pendeknya agar warga mendapat air bersih karena sumur mereka yang tercemar dan bau,” tutur Rendy.

Rendy melanjutkan, yang perlu di atensi khusus yakni saat akan menghadapi Haul Guru Sekumpul yang beberapa hari lagi akan dilaksanakan, agar limbahnya yang bau tidak merembes ke jalan.

“Baru jam 10 tadi, ada progres dari LP mereka sudah potong jalur air pembuangan itu ke IPAL yang baru, mudahan 2 sampai 3 hari ini sudah bisa ditangani, dari hasil laboratorium sampel air sumur warga tersebut jernih tapi berbau dan tidak layak minum,” jelasnya.

Menurutnya, air yang bau itu karena sumur warga dekat dengan pembuangan.

“Kalau IPAL yang baru sudah digunakan, nanti akan kita cek lagi apakah masih ada bau, kemudian apakah terdapat rembesan dari IPAL lama atau sumber bau tersebut dari air tanah, kalau dari sampel kemarin itu hanya bau, bukan dari zat macam-macam,” tutupnya.

Latest from Blog