NEWSWAY.CO.ID, YOGYAKARTA – Alun-Alun Wates, Kulon Progo, mendadak riuh pada Sabtu malam (23/8/2025). Sejak sore, warga sudah berdatangan, mencari tempat duduk terbaik untuk menyaksikan Festival Nglarak Blarak 2025.

Nglarak Blarak merupakan permainan tradisional yang berakar dari aktivitas panderes nira kelapa di Pegunungan Menoreh. Dari kegiatan sederhana itu, lahir sebuah permainan penuh makna yang kini menjadi kebanggaan masyarakat Kulon Progo.
“Permainan ini bahkan pernah membawa nama DIY ke tingkat nasional dan internasional,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo, Joko Mursito.
Tahun ini, sebanyak 12 Karang Taruna dari seluruh kapanewon se-Kulon Progo turut ambil bagian. Para pemuda tampil penuh energi untuk memperebutkan gelar juara, sekaligus menunjukkan kecintaan mereka pada budaya lokal.
Begitu pertandingan dimulai, semangat peserta langsung menyatu dengan sorak sorai penonton. Teriakan memberi dukungan bercampur dengan tawa dan tepuk tangan, menciptakan suasana hangat dan meriah.
“Permainan tradisional ini memang sederhana, hanya menggunakan bumbung nira, pelepah kelapa dan keranjang. Namun, justru di situlah keistimewaannya. Nglarak Blarak mengajarkan sportivitas, kebersamaan, sekaligus kearifan lokal yang lekat dengan masyarakat Kulon Progo,” jelas Joko.
Ketua Karang Taruna Kulon Progo, Tamyus Rohman menambahkan, festival ini bukan hanya hiburan, namun juga menghidupkan kembali semangat para pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna.
“Kami ingin Karang Taruna lebih aktif dan solid di tingkat desa maupun kapanewon. Lewat kegiatan ini, semangat itu bisa tumbuh lagi,” ujarnya.
Bupati Kulon Progo, Dr R Agung Setyawan yang berkesempatan hadir juga turut memberi pesan. Baginya, Nglarak Blarak adalah bukti bahwa masyarakat Kulon Progo tetap mampu menjaga warisan budaya di tengah maraknya hiburan modern saat ini.
“Festival ini adalah cermin kebersamaan dan kerja sama. Mari kita junjung tinggi sportivitas dan saling menghormati,” katanya.
Pertandingan antarpeserta berlangsung sengit hingga larut malam. Suasana semakin ramai saat satu per satu kapanewon bertarung memperebutkan bumbung.
Pada akhirnya, Kapanewon Pengasih berhasil keluar sebagai juara pertama, disusul Temon, Panjatan dan Samigaluh. Sementara itu, Nanggulan menyabet gelar kostum terbaik berkat kreativitas mereka. (nw)