Malam terasa berbeda di RT 02 Kelurahan Landasan Ulin Timur, Banjarbaru. Langit yang biasanya tenang kini dihiasi cahaya obor yang berderet-deret, diiringi lantunan shalawat dan gema takbir yang menggema sepanjang jalan. Suasana penuh semangat dan kebersamaan itu menjadi cara warga menyambut datangnya Hari Raya Iduladha 1446 Hijriyah.


Pawai obor yang digelar selepas salat Isya itu tak sekadar menjadi prosesi simbolik. Ia menjelma menjadi ruang bertemunya berbagai lapisan masyarakat anak-anak yang riang, remaja yang semangat, hingga orang tua yang penuh khidmat. Obor-obor kecil yang dibawa warga seakan menjadi pancaran kehangatan solidaritas dan kebersamaan yang mengikat mereka.


“Kami ingin menyambut Iduladha dengan semangat kebersamaan. Pawai obor ini bukan hanya tradisi, tapi juga ajang mempererat tali silaturahmi,” ujar Ketua RT 02, Muhammad Nur Kholis.



Rangkaian acara tak berhenti di pawai. Di sebuah lapangan terbuka, sorotan tertuju pada atraksi api yang menjadi suguhan utama malam itu. Sejumlah pemuda lokal unjuk kebolehan lewat seni api yang menakjubkan dari tarian api (fire dance) hingga semburan api yang menggugah decak kagum para penonton.

“Kegiatan ini menjadi wadah bagi kreativitas anak muda sekaligus hiburan positif bagi warga,” ungkap Kusman, tokoh masyarakat yang mendukung penuh pelaksanaan acara.

Bagi warga RT 02, semarak menyambut Iduladha bukan soal kemewahan, melainkan bagaimana nilai-nilai Islam diterjemahkan dalam bentuk kebersamaan, gotong royong, dan ekspresi budaya yang hidup. Kegiatan ini pun mendapat harapan besar untuk terus dilestarikan dan bahkan dikembangkan sebagai agenda budaya tahunan.
“Setiap tahun kami adakan ini, dan selalu ada semangat baru. Ini adalah syiar yang menyatukan,” tambah Nur Kholis.
Dengan cahaya obor dan kobaran api yang memukau, warga Landasan Ulin Timur menunjukkan bahwa perayaan hari besar keagamaan dapat menjadi ruang pertemuan nilai spiritual, budaya, dan kekeluargaan yang mengakar kuat di tengah masyarakat.