NEWSWAY.ID, BANJARBARU – Masih adanya kawasan blank spot di Kota Banjarbaru membuat penyenlenggaran Pemilu 2024 ada kendala dalam pengiriman hasil rekapitulasi di Tempat Pemungutan Suara (TPS).


Sebab ada beberpa wilayah yang tidak bisa terjangkau jaringan seluler.



Padahal Satelit Republik Indonesia (Satria) 1 telah diluncurkan pada Senin (19/6/23) diprediksi bisa memberikan layanan internet di seluruh wilayah, salah satunya Kota Banjarbaru.

Dari 11 titik Stasiun Bumi Satelit tersebut, Kota Banjarbaru salah satu daerah yang mendapatkan jatah, lokasinya di Jalan Taruna Bhakti, Kelurahan Bangkal, Kecamatan Cempaka.

Camat Cempaka, Dedy Haryadi mengakui bahwa keberadan Satelit masih belum bisa memberikan layanan maksimal.
Ia membeberkan, dari 80,65 Km2 luas wilayah Kecamatan Cempaka masih ada empat wilayah hingga saat ini masih kesulitan sinyal.
“Ada tiga lokasi di Kelurahan Cempaka, yakni daerah Sungai Abit, Kampung Baru dan Batu Ampar,” ungkap Dedy Kamis (15/2/24).
Selain itu Dedy juga menyampaikan daerah lainnya ada di Kelurahan Sungai Tiung, yaitu daerah yang Beruntung Baru.
“Bahkan karena susahnya sinyal, warga yang bermukim di empat daerah itu harus bersusah payah mencari tempat tertentu agar bisa menggunakan handphonenya. Jangankan untuk internet, sinyal untuk menelepon biasa pun tidak bisa,” tambahnya.
Kadang di beberapa titik warga ada menemukan sinyal, itu pun harus susah payah dulu mencari titiknya.
Ia juga membeberkan keempat daerah itu berada di perbatasan antara Kab Banjar dan Tanah Laut.
“Memang lokasi blank spot ini berada di pinggiran,” jelasnya.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo)Kota Banjarbaru, Asep Saputra, mengakui bahwa masih adanya blank spot di Banjarbaru.
“Masih ada sekitar 4 persen wilayah Kota Banjarbaru yang mengalami blank spot. Wilayah blank spot memang berada di kawasan perbatasan antara Banjarbaru dengan Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Banjar,” terangnya beberapa waktu lalu.
Asep menjelaskan sebenarnya blank spot radius masuk daerah tetangga, tapi beririsan dengan Kota Banjarbaru.
Tetapi, kata Asep, karena secara administrasi masuk wilayah Kota Banjarbaru, maka hal tersebut jadi kewajiban Pemko Banjarbaru untuk mencari solusi untuk mengatasinya.
“Sebenarnya fungsi Satelit Satria ini tidak hanya ditujukan untuk Kota Banjarbaru saja. Sehingga wajar jika dampak Satelit ini tidak begitu terasa bagi warga Kota Banjarbaru,” jelasnya.
Asep juga mengakui, bahwa tujuan peluncuran Satria 1 merupakan terobosan dari pemerintah, untuk mengakomodir kesenjangan dan pemerataan digital.
“Keberadaan Satelit Satria agar kesenjangan digitalisasi di Banjarbaru dan kabupaten kota se Kalsel bisa tercover. Tentunya semua perlu menyesusaikan,” tambabhnya.
Terpisah, Kepala Satuan Internal Pemeriksa Bakti Kominfo, Tri Haryanto saat peluncuran Satelit Satria pada Senin (19/6/23) mengatakan bahwa Satria 1 akan menjadi satelit dengan kapasitas terbesar di Asia dengan total kapasitas 150 Gbps.
Ia juga menerangkan Satria 1 juga akan menjadi yang terbesar nomor lima di dunia, dari sisi kapasitas untuk kelas di atas 100Gbps.
“Meski begitu Satria 1 baru berjalan efektif nanti di Januari 2024, sebab harus menjalani proses uji coba. “Very High Throughput Satellite (VHTS) dengan pita frekuensi Ka pertama di Indonesia,” katanya kala itu.
la juga menyampaikan tidak hanya Kementrian Pendidikan yang mendapatkan manfaat dari keberadaan satelit tersebut.
“Kementerian Kesehatan juga demikian, untuk melayani puskesmas, rumah sakit, dan layanan kesehatan lainnya, agar dapat memiliki layanan internet cepat, sehingga database kesehatan masyarakat akan semakin lengkap serta terintegrasi dengan pusat,” jelasnya.
Lebih jauh ia mengatakan, Satria menggunakan Geosynchronous Earth Orbit (GEO) yang memiliki ketinggian kurang lebih 36.000 Km dari atas permukaan Bumi.
Satelit geostasioner bergerak dari barat ke timur di atas garis khatulistiwa, searah dengan arah perputaran bumi dan juga memiliki kecepatan yang sama dengan kecepatan Bumi berputar.
“Dari Bumi, satelit geostasioner terlihat diam karena selalu berada di atas lokasi yang sama. Satu satelit GEO dapat mencakup 1/3 wilayah bumi, maka dari itu, satelit GEO merupakan pilihan ideal untuk satelit komunikasi,” pungkasnya.