NEWSWAY.CO.ID, BANJARMASIN – Di zaman digitalisasi yang terus berkembang ini, anak-anak bak tidak bisa lepas dari yang namanya gadget.
Melihat data Badan Pusat Stastistik (BPS), jumlah pengguna gadget anak usia dini di Indonesia telah menembus angka 39,71 persen.
Kondisi ini menyiratkan kecanduan gadget atau ketergantungan berlebihan terhadap penggunaan gadget diantaranya gawai, tablet, laptop, dan perangkat elektronik lainnya terhadap anak kian meningkat.
Lantas, orang tua sebagai rumah bagi anak memiliki peran penting dalam konteks mendidik mereka supaya tidak larut dalam dunia gadget.
Dalam suatu kesempatan, Analis Kebijakan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Banjarmasin, Rimalia membagikan tips mengurangi kecanduan gadget khususnya gawai atau Handphone (HP) bagi anak.
Hal itu disampaikannya usai menjadi narasumber dalam Talkshow Parenting yang digelar oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Selatan, Minggu (27/7/2025).
Sebelum ke tipsnya, Rimalia memaparkan, kondisi yang membuat anak kecanduan gawai itu disebutnya dengan istilah BLAS.
“BLAS itu adalah kondisi di mana anak lebih teradiksi main HP dibandingkan anak yang tidak dalam kondisi BLAS,” tutur Rimalia.
Kemudian Ia menjabarkan, B merujuk pada Bored yang berarti kebosanan anak berbicara dengan orang tua menyebabkan si anak lebih memilih main HP.
Lanjut L merujuk pada Lonely yang berarti kesepian anak disebabkan orang tuanya juga ikut sibuk dengan HP-nya sehingga anak yang ingin ngobrol pun diabaikan.
Lalu A merujuk pada Angry yang berarti kemarahan anak disebabkan adanya ketidakpahaman orang tua dalam mengasuh anak.
Terakhir S merujuk pada Stress yang berarti kondisi stres anak disebabkan orang tua sering membanding-bandingkan anaknya sehingga anaknya pun lelah.
“Jadi kalau seandainya anak kita nggak mau ketagihan main HP, maka hindari kondisi BLAS tadi,” ungkap Rimalia.

Kendati demikian, orang tua tidak serta merta melarang anaknya bermain HP berhubung barang ini juga memiki sejuta manfaat disamping kekurangannya.
“Jadi bagaimana menarik anak kita supaya mampu memanfaatkan HP itu sebagai ladang amal unggulan,” terang Rimalia.
Selain itu ujar Rimalia, orang tua mesti menjadi role model bagi anak-anaknya jika ingin mengurangi kecanduan HP.
“Kalau orang tua nggak kepengen anaknya teradiksi HP, buat diri anda sebagai orang tua lebih menarik dibandingkan HP,” jelas Analis Kebijakan DP3A Kota Banjarmasin.
Di samping itu, pengaruh luka pengasuhan menjadi faktor lain mengapa orang tua gagal dalam hal mengasuh anak sehingga menyebabkan mereka kecanduan gadget.
Berdasarkan data Health Center, sebanyak 80% orang tua di Indonesia diklaim sebagai orang-orang yang memilki luka pengasuhan.
Masalahnya, mereka yang terpapar luka pengasuhan tersebut tidak memiliki ilmu untuk memulihkannya.
“Kalau kita punya luka maka pulihkan luka Anda. Jika tidak, anak Anda bisa teradiksi HP gara-gara Anda yang terluka,” tutup Rimalia. (nw)