Tradisi Membuat Bubur Asyura, Ada Sejak Zaman Nabi Nuh?

26 Juli 2023
Bubur Assura buatan Urang Banjar menjadi unik karena terdiri dari campuran 41 jenis bahan yang terdiri dari aneka macam sayuran, kacang-kacangan. (foto : tangkap layar youtube/@ruenyam_nyam6102)

NEWSWAY.ID – Ibn Iyas, seorang sejarawan Mesir, nama lengkapnya ialah Abu al-Barakat Muhammad bin Ahmad bin Iyas, lahir di Kaherah pada tahun 852H / 1448M dan meninggal pada tahun 930H / 1524M, merupakan pegarang Kitab Bada’i al-Zuhur fi Waqa’i al-Duhur.

~ Advertisements ~

Ibn Ilyas, adalah seorang murid al-Hafiz Jalaluddin Abdul Rahman al-Sayuthi (911H), dirinya sezaman dengan Ibn Taghri Birdi, Abu al-Mahasin Yusuf (1411-1470M), penyusun kitab al-Nujum al-Zahirah fi Muluk Mishr wa-al-Qahirah yang sangat terkenal itu.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

Kitab Bada’i al-Zuhur fi Waqa’i al-Duhur adalah sebuah kitab yang membicarakan tentang pelbagai kejadian dan kisah para nabi terdahulu.

~ Advertisements ~
kitab Bada`Iuzuhur – Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas Al-Hanafi

Dalam pengantarnya, Ibn Iyas mengatakan: “…maka saya menulis tentang kejadian dan kisah hidup para nabi, dan memilih kisah-kisah yang paling mengesankan…..”.

~ Advertisements ~

Ia dalam kitabnya menyatakan, bahwa pemilihan peristiwa dan kisah perjalanan hidup para nabi terdahulu bagi mengisi kandungan kitabnya sebagai pengajaran bagi orang-orang yang berakal.

Di samping itu, ia menegaskan tidak mungkin semua kisah dan peristiwa para nabi dapat dipelajari semuanya.

Sebagaimana ia katakan: “Tak ada seorang pun yang mampu menguasai seluruh ilmu, meski ia mempelajarinya selama seribu tahun. Sebab ilmu itu laksana lautan yang bergelombang, karenanya ambil segala sesuatu yang bisa membuat kebaikan”.

Dalam kitab ini juga dikemukakan tentang kisah-kisah para nabi terdahulu dan di akhiri dengan kisah turunnya nabi Isa ke muka bumi.

Termasuk tradisi membuat bubur (jenang/tajin) di bulan Muharram ini ternyata pernah dikerjakan Nabi Nuh As dan kaumnya.

Dalam kitab Bada`Iuzuhur karya Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas Al-Hanafi halaman 64 disebutkan:

قال الثعلبي كان استواء السفينة علي جبل الجودي يوم عاشوراء وهو العاشر من المحرم فصامه نوح شكرا لله تعالي وامر من كان معه بالصيام في ذلك اليوم شكرا علي تلك النعمة .
ويروي ان الطيور والوحوش والدواب جميعهم صاموا ذلك اليوم ثم ان نوح اخرج ما بقي معه من الزاد فجمع سبعة اصناف من الحبوب وهي البسلة والعدس والفول والحمص والقمح والشعير والارز فخلط بعضها في بعض وطبخها في ذلك اليوم فصارت الحبوب من ذلك اليوم سنة نوح عليه السلام وهي مستحبة

Imam Atsa’laby berkata: Perahu Nabi Nuh AS mendarat sempurna di sebuah gunung bertepatan pada tgl 10 Muharram / hari Asyuro, maka Nabi Nuh melakukan puasa pada hari itu dan juga memerintahkan puasa pada kaumnya, sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.

Dan diriwayatkan bahwa seluruh binatang dan hewan yang ikut dalam perahu Nabi Nuh AS juga melaksanakan puasa.

Kemudian Nabi Nuh As. mengeluarkan sisa perbekalan selama terapung dalam kapal, kemudian Nabi Nuh mengumpulkan sisa biji-bijian itu, ada tujuh macam jenis biji-bijian dan jumlahnya tidak banyak. Semua biji²an itu disatukan, diberi air yang banyak, maka jadilah bubur.

Dan pada tahun-tahun berikutnya Nabi Nuh dan kaumnya selalu membuat makanan seperti itu (bubur atau tajin sora) pada 10 Muharram. wallahu a’lam bishawab (Sumber: Kitab Ianah Thalibin 2/ 267)

Dalam kitabnya Nihayatuz Zain, karya Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani al-Jawi, dijelaskan setelah selamat dari banjir bandang Nabi Nuh Alaihissalam, dan kaumnya kelaparan.

Sehingga Nabi Nuh memerintahkan pengikutnya untuk mengumpulkan bekal bahan makanan yang masih tersisa untuk dimasak.

Kitab Nihayatuz Zain Fi Irsyadil Mubtadiin karya Syekh Muhammad Nawawi bin Umar Al Jawi

Setelah dikumpulkan ternyata terkumpullah tujuh biji-bijian yang kemudian dimasak menjadi bubur untuk makan bersama sebagai rasa syukur kepada Allah SWT karena telah diselamatkan dari banjir bandang. Dan itulah makanan yang pertama kali dimasak di muka bumi setelah kejadian banjir besar.

Berdasar kisah ini, umat Islam setiap hari ‘Asyura memperingatinya dengan membuat bubur biji-bijian. Selain untuk mengenang kejadian tersebut, juga sebagai bentuk tabarrukan dan tafa’ulan dengan peristiwa agung itu. Agar kita semua dapat meneladani tangguhnya pengikut Nabi Nuh yang tetap setia mengimani Nabi Nuh serta agar senantiasa bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah.

Nah, di Kalimantan Selatan, khususnya Urang Banjar, setiap 10 Muharram, biasa melakukan puasa Asyura.

Namun bukan hanya karena peristiwa di zaman Nabi Nuh, tapi tanggal 10 Muharram juga dikenal dengan peristiwa penting dalam sejarah Islam, yaitu Perang di Karbala ketika Husain, cucu Nabi Muhammad SAW terbunuh. 

Urang Banjar yang berpuasa tanggal 10 Muharram tersebut, punya tradisi khusus untuk berbuka, mereka biasanya membuat makanan spesial yakni bubur asyura untuk menu buka puasa.

Bubur ini menjadi unik karena terdiri dari campuran 41 jenis bahan yang terdiri dari aneka macam sayuran, kacang-kacangan, hingga daging. 41 jenis bahan ini harus dicukupi karena sudah jadi tradisi. 

Jika bahan tidak genap 41, maka pembuatnya bisa menambahkan bahan sayuran, kacang-kacangan, dan daging apa saja sesuai selera.

Tinggalkan Balasan

Latest from Blog