Uji Laboratorium Terbaru : Dinkes Banjar Temukan Bakteri Berbahaya di Makanan dan Air Dapur SPPG Tungkaran

14 Oktober 2025
Plt Kepala Dinkes Banjar, dr Noripansyah (Foto : Muhammad Ervan Ariya Ramadani/newsway.co.id)

NEWSWAY.CO.ID, MARTAPURA – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banjar merilis hasil terbaru uji laboratorium terkait kasus dugaan keracunan massal yang menimpa 134 siswa di delapan sekolah di wilayah Martapura. Dari pemeriksaan terhadap sampel makanan dan air di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Tungkaran, ditemukan adanya bakteri berbahaya yang berpotensi menimbulkan gangguan pencernaan.

~ Advertisements ~

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinkes Banjar, dr. Noripansyah mengungkapkan, hasil uji mikrobiologi menunjukkan baik makanan maupun air yang digunakan di dapur tersebut mengandung bakteri Escherichia coli (E.coli) dan sejumlah mikroorganisme di atas ambang batas aman.

“Secara mikrobiologi air yang kami periksa terdapat E.coli, sementara dari sampel makanan ditemukan angka bakteri yang melebihi batas yang diperbolehkan,” ucapnya saat dikonfirmasi, Selasa (14/10/2025).

Ia menjelaskan, ambang batas ideal untuk E.coli dalam air seharusnya nol per 100 mililiter, namun hasil pemeriksaan menunjukkan angka 265, jauh di atas standar aman. Kondisi ini menandakan bahwa air yang digunakan dalam proses pengolahan makanan sudah tidak layak konsumsi.

“Kalau dilihat dari hasil lab, seharusnya E.coli itu tidak boleh ada sama sekali. Tapi hasilnya mencapai 265, artinya air itu sudah terkontaminasi,” ujarnya.

Selain pemeriksaan mikrobiologi, Dinkes Banjar juga melakukan uji kimia pada beberapa menu makanan seperti nasi kuning, sayur, ayam suwir, tempe, dan buah melon.

Hasilnya menunjukkan adanya kandungan Nitrit pada nasi kuning dan sayur. Meski kadar Nitrat pada nasi kuning relatif rendah, yakni 0,1, namun kadar pada sayur mencapai 10, yang dinilai cukup berbahaya bagi kesehatan.

“Untuk makanan seperti nasi kuning hasilnya 1,9 dan melon 1,6, padahal batas aman di bawah 1,1. Artinya ada pertumbuhan bakteri di sana,” jelasnya.

Menurut Noripansyah, keberadaan bakteri dan Nitrat tersebut bisa menyebabkan gangguan pencernaan seperti mual, muntah, sakit perut, dan diare gejala yang sebelumnya dialami para siswa penerima manfaat program Makanan Bergizi Gratis (MBG).

Ia menyebutkan, bakteri dapat muncul dari berbagai sumber, mulai dari air yang tidak higienis hingga proses pengolahan makanan yang kurang bersih.

“Kemungkinan airnya terlalu dekat dengan resapan atau penanganan bahan makanannya kurang tepat. Faktor kebersihan dan pengetahuan penjamah makanan sangat berpengaruh,” katanya.

Sebagai langkah antisipasi, Dinkes Banjar akan mengadakan pelatihan bagi penjamah makanan di seluruh dapur penyedia MBG, termasuk SPPG Tungkaran. Pelatihan ini dijadwalkan berlangsung Sabtu mendatang dan menjadi salah satu syarat penerbitan Surat Laik Higiene Sanitasi (SLHS).

“Kami ingin memastikan seluruh dapur yang beroperasi memenuhi standar sanitasi dan keamanan pangan,” tutur Noripansyah.

Ia juga menekankan pentingnya pemeriksaan air secara rutin untuk mencegah kasus serupa terulang.

“Kedepan, sumber air harus diperiksa secara berkala, dilengkapi filter dan mendapat pengawasan berkelanjutan agar dapur tetap sehat dan bebas bakteri,” tutupnya.(nw)

Tinggalkan Balasan

Latest from Blog