Unik, Kintung Ditampilkan Dalam Perayaan Puncak Hari Jadi Ke-73 Kabupaten Banjar

by
31 Agustus 2023
Kintung, Alat musik tradisional peninggalan masa lalu ini dari alat berbahan bambu dan berbunyi cukup merdu menghibur para tamu undangan yang hadir dalam perayaan puncak Hari Jadi Ke-73 Kabupaten Banjar yang digelar di Alun Alun Ratu Zalecha Martapura, Kabupaten Banjar, pada Rabu (30/8/2023). (Foto: Juwita/Newsway.id)

NEWSWAY.ID, MARTAPURA – Ada yang unik dari perayaan puncak Hari Jadi Ke-73 Kabupaten Banjar yang digelar di Alun Alun Ratu Zalecha Martapura, Kabupaten Banjar, pada Rabu (30/8/2023).

~ Advertisements ~

Selain diramaikan dengan Sinoman Hadrah, tarian Pusara Kasih dan penampilan lainnya, juga ada pegelaran seni yang unik dan langka.

~ Advertisements ~

Usai beberapa rangkaian acara tersebut, para tamu undangan bisa mendengarkan alunan musik khas dari suku Banjar di masa lalu.

~ Advertisements ~

Adalah musik Kintung, musik peninggalan masa lalu ini dari alat berbahan bambu dan berbunyi cukup merdu menghibur para tamu undangan yang hadir.

Alunan musik Kintung yang cukup langka ini sendiri dibawakan oleh Grup Kintung asal Desa Bincau Muara, Kecamatan Martapura, dan Desa Kelampaian Ilir Kecamatan Astambul.

Ketua Pengurus Grup Kintung “Bina Bersama” Bincau Muara, Gusti Jadri mengatakan, cukup senang dilibatkan dalam acara puncak hari jadi tersebut.

“Mungkin karena jarang dilihat jadi hari ini cukup menarik perhatian masyarakat, sehingga banyak yang mengabadikan video dan fotonya, semoga kedepan pemerintah bisa mempromosikan keberadaan musik Kintung lebih sering,” ungkapnya.

Ia juga mengatakan, grup musiknya tersebut berdiri sekitar tahun 2000, walaupun tidak banyak yang mengembangkan grupnya masih eksis hingga sekarang.

“Alat musik tradional kintung biasanya dimainkan pada saat selesai musim tanam atau musim kemarau, zaman dahulu dipercaya sebagian orang bisa mendatangkan hujan,” jelasnya.

Masih kata Gusti, pada masa dahulu belum ada irigasi yang mengairi pertanian, sehingga memainkan kintung seperti minta hujan baik setelah musim tanam atau kemarau.

“Biasa di mainkan ditengah sawah pada malam hari,” ucapnya.

Gusti menyampaikan, bahwa Kintung terbuat dari pohon bambu tebal yang dibuat sedemikian rupa, dari ukuran terkecil sampai ukuran besar, serta bantalan dari kayu untuk tempat memukul alat musik tersebut.

Jumlah alat musik ini sendiri terdiri atas 7 alat musik yang masing-masing memiliki 7 nada yang berbeda.

“Kintung bisa dimainkan sebanyak tujuh orang dan minimal lima orang, sepertinya yang melestarikan budaya kintung sepengetahuan saya hanya ada di Bincau Muara dan Kelampaian Ilir Kecamatan Astambul,” tambahnya.

Ia juga menegaskan bahwa dirinya mulai mengembangkan dan mewariskan permainan alat musik tersebut kepada generasi muda yang ada di desa.

“Agar tetap lestari dan bertahan jika kami sudah tidak ada lagi, harapannya anak muda bisa menggantikannya atau melakukan inovasi dengan suara atau nada yang lebih baik lagi,” harapnya.

Sementara itu, Kepala Disbudporapar Kabupaten Banjar, Irwan Jaya menyampaikan, terkait musik kintung yang suaranya di hasilkan dari alunan pukulan kayu ini kedepannya akan diperkenalkan kepada masyarakat luas.

“Iya kedepan rencananya musik tradisional kintung ini akan kita kenalkan lebih luas lagi kepada masyarakat dan di daftarkan dalam kekayaan intelektual seni dan budaya musik milik Kabupaten Banjar,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Latest from Blog