Tim Geologi ESDM Observasi ke Kabupaten Banjar, Begini Kata Guru Besar Geografi

by
27 Februari 2024
Sisa reruntuhan akibat gempa yang terjadi di Sambung Makmur, Kabupaten Banjar. (Foto: Bagus F/rsb)

NEWSWAY.ID, MARTAPURA – Tim ahli dari Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) RI didampingi Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjar Arifin dan personel lakukan observasi, di dua lokasi gempa bumi yang terjadi di wilayah Kabupaten Banjar.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

Observasi pasca gempa dilakukan oleh tim di Desa Pasar Baru RT 1 dan Desa Batang Banyu RT 2 Kecamatan Sambung Makmur, Sabtu (24/2) siang lalu.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

Dalam observasi itu, pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dengan sejumlah warga sekitar, serta menggunakan alat seismograf yang dipasang di lokasi terdampak gempa.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

Ahli gempa Supartoyo mengatakan, gempa yang terjadi tergolong kejadian gempa bumi unik atau jarang terjadi.

~ Advertisements ~

“Karena selama ini di wilayah Kalimantan Selatan khususnya tercatat ada gempa bumi namun tidak ada yang sifatnya merusak,” ungkapnya.

Hasil sementara observasi, Supartoyo menerangkan pada gempa bumi yang bersifat merusak tersebut adalah tingkat guncangan atau skala Modified Mercally Intensity (MMI).

“Di Desa Pasar Baru diidentifikasi IV MMI, sementara guncangan cukup keras terjadi di Batang Banyu diidentifikasi V MMI,” katanya.

Dampak guncangan kuat itu, lanjut Supartoyo, satu musala yang rusak ringan dan sekarang sudah dirobohkan.

“Benda-benda di atas meja juga jatuh, penduduk hampir semua merasakan baik yang berada di rumah maupun di luar,” tuturnya.

Dikatakannya, pihaknya akan kembali melakukan observasi lanjutan dengan lokasi yang juga terdampak di Kecamatan Telaga Bauntung.

“Observasi oleh tim akan rampung 12 hari selama berada di Kabupaten Banjar, sementara hasil observasi lengkap akan dilaporkan kepada kepala daerah, Gubernur Kalsel, Bupati Banjar, Kepala BNPB serta Kalak BPBD provinsi dan kabupaten,” ujarnya.

Laporan observasi tersebut, ujar Supartoyo sangat penting guna meningkatkan mitigasi bencana oleh pemerintah daerah.

“Baik mitigasi struktural maupun non struktural, kapasitas penduduk dan pemerintah bagaimana dalam penanggulangan bencana,” tutupnya

Sementara itu, Guru Besar Bidang Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) ULM, Prof. Dr Deasy Arisanty, M.Sc mengatakan, Pulau Kalimantan khususnya Kalimantan Selatan merupakan pulau yang paling aman dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia.

“Meskipun aman dari gempa bukan berarti tidak ada peluang untuk terjadi bencana,” kata dosen Pendidikan Geografi FKIP ULM, Selasa (27/2).

Prof Deasy juga mengatakan, terjadinya gempa Itu karena adanya sesar yang ternyata masih aktif atau belum stabil.

“Mengapa wilayah Banjarmasin misalnya getaran gempa lebih terasa, karena material yang menyusun kota Banjarmasin adalah material aluvium atau endapan, sehingga tidak stabil, ketika ada getaran, getaran tersebut akan lebih terasa daripada material yang padu atau padat,” jelasnya.

Wakil Dekan I FKIP ULM itu juga menyampaikan, bahwa gempa di kalsel termasuk gempa kecil, tetapi karena terjadinya di daratan dan termasuk gempa dangkal, itu yang membuat bahaya.

“Tetapi wilayah sekitar sesar bukan permukiman padat penduduk sehingga kemungkinan untuk adanya korban atau kerusakan pada bangunan juga kecil,” terang perempuan lulusan Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Meski begitu, ujar Prof. Deasy bukan berarti tidak waspada terhadap bencana gempa.

“Masyarakat bisa melakukan langkah-langkah mitigasi bencana ketika terjadi gempa seperti keluar dari rumah atau bangunan ketika terasa getaran,” ucapnya.

Ditanya adakah pengaruh antara kejadian gempa di Kalsel terhadap aktivitas pertambangan, Prof Deasy masih belum bisa menjelaskan.

“Itu perlu penelitian lebih lanjut,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Latest from Blog