Bakesah Lewu Itah, Upaya Menjaga Pangan Lokal Ditengah Menguatkan Krisis Iklim

Pagelaran tarian di acara Bakesah Lewu Itah yang diadakan JPIC kalimatan (Foto JPIC/newsway.id)

NEWSWAY.ID, PALANGKA RAYA– Menguatnya krisis iklim, pangan lokal menjadi andalan karena mampu bertahan, namun tanpa komitmen menjaganya, budaya pangan lokal bisa hilang.

~ Advertisements ~

Salah satunya lewat ‘bercerita’ atau dalam bahasa Dayak Ngaju disebut Bakesah yang digelar Justice, Peace, and Integrity of Creation (JPIC) Kalimantan.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

Pagelaran Budaya Bakesah Lewu Itah (bercerita tentang kampung Dayak), menjadi puncak rangkaian kegiatan dengan mengusung tema besar pangan lokal dayak, Minggu (1/9/2024).

~ Advertisements ~

Direktur JPIC Kalimantan Sani Lake menyampaikan, untuk kedua kalinya JPIC Kalimantan mendapatkan kesempatan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk menggelar kegiatan berbasis budaya. Sebelumnya, kegiatan serupa pernah dilakukan dengan tema Lewu Dayak yang berarti kampung Dayak.

~ Advertisements ~

“Kini JPIC Kalimantan tak sendiri. Selain Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, JPIC Kalimantan juga bekerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, Lembaga Dayak Voices, dan Komunitas Hitam Putih Borneo,” kata Frans, Senin (2/9/2024).

Rangkaian acara ini dibagi ke dalam tiga acara. Pertama, pada Maret 2024 kegiatan peningkatan kapasitas yang diikuti oleh setidaknya 40 orang sudah digelar di Palangka Raya. Ketua Panitia Bakesah Lewu Itah Oktavianus Wahyu Tri Utomo.

Acara kedua, kompetisi bercerita lewat berbagai media. Ada tiga kategori dalam kompetisi ini, menulis, fotografi dan videografi. Diikuti 111 peserta yang berasal dari 13 kabupaten dan 1 kota di Kalimantan Tengah.

Acara ketiga, pagelaran budaya yang dilaksanakan Minggu malam di UPT Taman Budaya Kota Palangka Raya. Dalam acara ini ditampilkan berbagai tarian khas dari berbagai daerah di Kalteng. Acara terakhir dibuka untuk umum dan diikuti berbagai komunitas dari seluruh daerah di Kalteng.

“Kompetisi itu bukan soal siapa yang menang dan kalah, tetapi soal mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan pangan lokal. Informasi itu merupakan bagian dari komitmen JPIC Kalimantan untuk membantu menjaga budaya, terutama lewat pangan lokal Dayak yang hari-hari ini begitu banyak menemui tantangan,” ujar Frans.

(Foto JPIC/newsway.id)

Acara ini, lanjut Frans, merupakan bentuk upaya bersama, bukan hanya JPIC, tetapi semua masyarakat Dayak di Kalteng untuk bercerita tentang dirinya, tentang kampungnya, lewat pangan lokal. Upaya ini merupakan komitmen menjaga budaya pangan lokal yang kian tergerus.
Dengan adanya acara ini, diharapkan ada transfer knowledge terkait budaya pangan lokal dari generasi ke generasi karena pengetahuan itu lah yang ingin dijaga.

Kebun Pangan Lokal Percontohan
Pangan lokal merupakan solusi terbaik, khususnya bagi peladang Dayak Kalteng, yang saat ini aktivitasnya dibatasi kebijakan. Setelah membakar lahan dilarang pemerintah tahun 2015, belum ada alternatif lain yang diandalkan ratusan ribu peladang untuk tetap berpenghasilan. Ujungnya fatal. Lahan yang dulu jadi sumber penghidupan pun ditinggalkan.

“Kami ingin menunjukkan bahwa dengan pertanian ramah lingkungan, seperti family farm di pekarangan rumah dan memanfaatkan kebun-kebun di sekitar rumah, pangan lokal bisa bertahan bahkan menguntungkan,” pungkas Frans.

Hal itu dipertegas dalam kegiatan kunjungan komunitas di daerah datang ke Anthony Farm, kebun contoh olahan JPIC Kalimantan di Kalampangan, Kota Palangka Raya dan kebun pekarangan Gupon Joan di Kecipir, Kota Palangka Raya.

Sinsei (60) peladang asal Barito Timur mengungkapkan, ia optimis usai melihat kebun JPIC Kalimantan dengan nama Anthony Farm di Kalampangan. Menurutnya, ada banyak benih yang bisa dibawa dan ia pelihara di rumah.

“Saya juga bertanya-tanya soal cara menanamnya dan banyak lagi. Ternyata banyak tanaman dari berbagai wilayah yang bisa tumbuh di sini dan punya banyak manfaat, ya minimal buat sayur. Makanya saya senang betul, apalagi dapat bibit pangan lokal gratis,” ungkap Sinsei.

Tinggalkan Balasan

Latest from Blog