NEWSWAY.ID, MARTAPURA – Guna memutus mata rantai nyamuk dari jentiknya, Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar mengimbau masyarakat untuk melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar, Yasna Khairina melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Banjar, Seger, pada Senin (31/7/2023).


Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes Aegypti.

Seger merinci, dari data yang pihaknya punya per kecamatan di Kabupaten Banjar sendiri ada 20 kecamatan yang kalau dijumlah per bulannya yakni Januari 51 penderita, Februari 56 penderita 1 meninggal, Maret 67 penderita dan 1 meninggal, April 54 penderita, Mei 75 penderita, dan Juni 46 penderita.


“Pada bulan Mei 2023 sempat terjadi peningkatan, kemudian di bulan Juni 2023 Alhamdulillah terjadi penurunan, mudah-mudahan untuk bulan-bulan berikutnya sampai dengan akhir tahun nanti tidak lagi terjadi lonjakan,” ungkapnya.
Seger menjelaskan, upaya Dinkes dalam melakukan pencegahan DBD yakni dengan sosialisasi juga imbauan kepada masyarakat untuk melaksanakan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk secara serentak.
“Itu minimal seminggu sekali dengan kegiatan 3M plus, yakni menguras tempat-tempat penampungan air yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk, yang kedua menutup rapat-rapat tempat penampungan air yang dapat menjadi tempat nyamuk bertelur, kemudian menyingkirkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang bisa menampung air sewaktu musim hujan, lalu plusnya yakni mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk,” jelasnya.
Masih kata Seger, bahwa melakukan fogging untuk membasmi nyamuk kurang efektif, karena fogging ini hanya membunuh nyamuk dewasa tidak untuk jentik.
“Fogging ini merupakan solusi terakhir, yang paling menentukan untuk tidak meluasnya demam berdarah yakni dengan PSN atau 3M tadi, kalau ini sudah dilaksanakan Insya Allah tidak akan terjadi lonjakan DBD,” ucapnya.

Seger menambahkan, gejala awal DBD yakni mendadak panas tinggi selama 2 hingga 7 hari, tampak lemah juga lesu, timbulnya bintik-bintik merah pada kulit dan sering terasa nyeri di ulu hati.
“Gejala selanjutnya, kadang-kadang terjadi pendarahan di hidung dan di bawah kulit, kadang terjadi muntah atau berak darah, kemudian bila sudah parah menderita mengalami gelisah, tangan dan kaki dingin serta berkeringat, yang bila tidak segera ditolong dapat menyebabkan kematian,” tambahnya.
Sementara itu, salah seorang warga Kabupaten Banjar Nurul mengaku, rasa khawatir mengenai DBD ini pasti ada, akan tetapi perlu peran masyarakat juga pemerintah dalam melakukan pencegahan berkembangnya penyakit tersebut.
“Kita juga sebagai masyarakat harus sadar dengan melakukan pencegahan serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat, yang pastinya menghindari tempat-tempat yang menjadi sarang nyamuk DBD itu, juga seperti yang disosialisasikan oleh pemerintah yakni 3M” pungkasnya.(adv)