NEWSWAY.ID, BANJARMASIN – Dalam project-nya berjudul “Kopi dan Perjalanan”, Twntytoo Coffee bekerja sama dengan Semata Singgah melaksanakan diskusi santai di salah satu coffee shop bernama Kopi Prabayaksa yang terletak di JL. Sultan Adam, Sungai Miai, Banjarmasin Utara, kegiatan ini berlangsung pukul 16.00 hingga selesai.


Diskusi tersebut merupakan agenda yang di garap oleh Twntytoo Coffee bertajuk “Tiba-Tiba Pop Up”, tujuannya diantaranya menjalin silaturahmi yang luas, berbagi cerita dan mimpi, serta berbagi semangat untuk semua orang.


Perlu diketahui, Kopi dan Perjalanan merupakan sebuah project berkeliling di beberapa kota di Indonesia sambil menawarkan kopi dan berbagi inspirasi dengan banyak orang, narasumber sekaligus penyelenggara kegiatan, Ical menceritakan pengalamannya selama menjalani projek, ia mengatakan semua bermula dari hobi membaca buku-buku atau novel tentang perjalanan ke kota atau negara lain.

“Jaman aku suka baca buku tentang sesuatu yang jauh mungkin baca novel tentang perjalanan yang mungkin ada candi-candinya, sesuatu yang seru di kota-kota lain, mungkin dinegara-negara lain, dari situ aku tercetus sebuah angan-angan pengen nih bisa sampai kesana untuk ngeliat langsung,” kata Ical, Jumat (1/12/2023).

Dari angan-angan tersebut, muncul lah pemikiran Ical untuk menjadi seorang nomaden dalam artian hidup berpindah-pindah namun tidak memberatkan dalam hal finansial.
“Di jaman SMA ya, aku akhirnya berniat untuk memutuskan nantinya pengen hidup secara nomaden, dari situ mungkin aku yang sudah mulai berpikir gimana caranya aku untuk merealisasikan cita cita tadi yang pengen hidup nomaden tanpa harus kesulitan nanti untuk finansial,” ujarnya.
Dirinya menambahkan sempat bekerja di Medan dan Jakarta, namun karena merasa jenuh dan selalu terbayang akan cita-citanya, akhirnya dia berani melepas pekerjaan tersebut dan memulai perjalanannya.
“Selama bekerja itu masih terngiang-ngiang kapan ya untuk bisa ngelakuin perjalanan, perjalanannya seperti apa ya, akhirnya aku memutuskan resign,” ungkapnya.
Tak lupa dengan keluarga, Ical sempat menunda perjalanan dan memilih membangun kedai kopi agar nantinya dapat dipergunakan adiknya saat ia sudah memulai perjalanan.
“Aku menunda keputusan untuk ngelakuin perjalanan itu karena masih berpikir aku punya tanggung jawab adik, jadi aku bangun suatu kedai di Pekanbaru yang aku niatkan sampai ketika adik aku udah tamat sekolah, ini bisa aku kasih ke dia, alasannya adalah supaya nanti ketika aku ngelakuin perjalanan, aku tidak lagi dihantui sama beban kalau aku punya adik,” jelas Ical.
April 2022 menjadi titik awal Ical memulai perjalanannya, berangkat dari pekanbaru dengan membawa peralatan kopi sebagai antisipasi jikalau di tengah perjalanan kehabisan dana, ia akan menjual kopi, pada saat di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, ia bertemu dengan teman sesama perkopian, mereka menyarankan untuk menjual kopi secara konsisten di setiap kota.
“Jadi ketika mereka tau apa yang ingin aku lakuin, mereka ngesupport untuk yaudah kamu jualan kopi aja secara konsisten di setiap kota, gak usah pas habis dananya aja, dari situ aku mulai metode itu dengan konsisten,” tuturnya.
Untuk mematangkan konsep, ia mengaku sempat vakum 3 bulan di Jakarta demi menyiapkan segala sesuatu yang mendukung project-nya mulai dari konten sosial media hingga narasi-narasi yang sesuai dengan petualangannya.
Setelah itu, Ical kembali melanjutkan project-nya itu dengan membawa konsep baru yang disebut Tiba-Tiba Pop Up dan Slow Bar (menawarkan kopi sambil mengenalkan informasi seputar kopi), kemudian alangkah terkejutnya ia saat tau projeknya ini membuat namanya semakin tergaung.
“Aku adain dulu selama dua minggu, disanalah jalan-jalan yang aku gak duga, gak nyangka perjalanan seluar biasa ini hadir dalam hidup aku, jadi di minggu terakhir di Jakarta itu aku buka slow bar, ada beberapa tokoh kopi yang nyamperin untuk ngefollow up sosmednya beliau, dari situ akhirnya insight aku ada di mana-mana,” sambung Ical.
Puncaknya di Malang, pada saat itu tokoh-tokoh kopi terkenal membantu menaikkan namanya sehingga dikenal hampir di seluruh pulau Jawa, Sumatera, dan Bali.
Sementara itu, founder Semata Singgah Aldin, yang merupakan rekan Ical mengatakan pertama kali bertemu Ical di Bengkulu, melihat potensi dari semangatnya Ical, ia langsung mengajaknya untuk berkolaborasi yang masih berlanjut sampai sekarang.
“Saya berusaha semaksimal mungkin ketika ada sebuah kesempatan itu diambil, karena ketika saya dulu itu banyak banget menyesali hal-hal yang sudah terlewati,” ujar Aldin.
Ketika ditanya pendapatnya tentang project Kopi dan Perjalanan, ia menjawab semua orang memiliki tujuan hidup dan tingkat kepuasan yang berbeda-beda.
“Namanya manusia kita kan punya tujuan hidup kan, kita gak bisa nyamain satu hal dua hal, dan apa yang kita dapat itu belum tentu materi secara rupa, karena kepuasan hati itu juga sebuah tujuan dan pendapatan,” tutupnya.