Bangunan SDN Sungkai 1 Retak Parah, Disdik Banjar Klaim Akibat Gempa, Tapi Data BMKG Berkata Lain

10 April 2025
Kantor dinas pendidikan kabupaten banjar (foto.wiranata/newsway.co.id)

NEWSWAY.CO.ID, MARTAPURA – Polemik kerusakan ruang kelas di SDN Sungkai 1, Kabupaten Banjar, kian menjadi sorotan publik.

~ Advertisements ~

Setelah sebelumnya diberitakan bahwa bangunan sekolah mengalami keretakan parah hingga membahayakan keselamatan siswa, Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar akhirnya angkat bicara.

~ Advertisements ~

Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Disdik Banjar, Mahriansyah, saat ditemui di kantornya Rabu sore (9/4/2025), menyatakan bahwa kondisi bangunan tidak memungkinkan untuk direhabilitasi.

“Sudah kami anggarkan untuk dibangun ulang di tahun 2025 ini, dengan nilai Rp2,1 miliar, saat ini masih tahap lelang” ujarnya.

Namun, Mahriansyah tidak membeberkan secara rinci penyebab awal kerusakan dini pada bangunan sebelumnya yang selesai dikerjakan tahun 2018 itu. Ia hanya menyampaikan bahwa proyek ruang kelas yang selesai dikerjakan pada 2018 prosesnya dua tahap, dimulai dari struktur bawah lalu dilanjutkan pembangunan lantai dua.

Yang menarik, Mahriansyah menyebut kerusakan disebabkan oleh gempa bumi. “Setelah gempa, baru diketahui ada retakan,” klaimnya.

Salah satu kondisi retakan pada dinding yang terus bertambah parah (foto.ervan/newsway.co.id)

Pernyataan itu seolah ingin mengalihkan penyebab kerusakan ke faktor alam, bukan pada potensi kegagalan struktur atau kelalaian dalam perencanaan dan pengawasan pembangunan. Namun, fakta-fakta di lapangan menunjukkan indikasi yang berbeda.

Tim newsway.co.id yang meninjau langsung kondisi ruang kelas SDN Sungkai 1 pada Rabu pagi (9/4/2025), menemukan retakan pada bangunan yang semakin melebar dan parah setiap waktu. Bangunan bahkan terlihat seperti mengalami pergeseran struktur.

Kesaksian Huda, seorang pedagang yang telah berjualan sejak 2017 di depan gedung tersebut, memperkuat kekhawatiran itu.

“Retaknya makin besar tiap minggu. Bangunannya kayak bergerak,” ungkapnya.

Lebih jauh, redaksi juga berkoordinasi dengan Stasiun Geofisika BMKG Balikpapan. Dari data resmi yang diterima, selama periode 2021 hingga 2024, tercatat 11 kali gempa terjadi di wilayah Kalimantan Selatan.

Namun seluruhnya berkekuatan di bawah magnitudo 4,3 dengan intensitas rata-rata di bawah skala III MMI—kategori yang tidak menimbulkan kerusakan bangunan.

Data tersebut jelas membantah klaim bahwa gempa menjadi penyebab utama keretakan bangunan SDN Sungkai 1.

Fakta-fakta ini membuka ruang pertanyaan besar: jika bukan karena gempa, maka apa yang menyebabkan bangunan yang baru berumur 6 tahun itu retak dan nyaris ambruk?

Alih-alih bencana, publik justru menaruh perhatian pada kemungkinan lemahnya mutu konstruksi, rendahnya kualitas pengawasan, atau bahkan potensi penyimpangan dalam proses pelaksanaan proyek.

Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dana pendidikan kembali dipertaruhkan. Jangan sampai, anggaran miliaran rupiah untuk infrastruktur pendidikan justru menghasilkan bangunan rapuh dan yang lebih parah, nyawa siswa yang dipertaruhkan.

Tinggalkan Balasan

Latest from Blog