NEWSWAY.CO.ID, YOGYAKARTA – Suasana hangat terasa di Balai Kalurahan Karangwuni Wates, Kulon Progo DIY, Rabu (3/9/2025). Di desa kecil ini, ada pertemuan lintas negara dengan tujuan mitigasi bencana.
Tamu mancanegara yang hadir adalah rombongan pejabat National Disaster Management Authority (NDMA) Afghanistan. Kedatangan mereka disambut jajaran Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, BNPB dan masyarakat setempat dengan tangan terbuka.
Rombongan NDMA Afghanistan dipimpin sejumlah pejabat penting, di antaranya Mr Rohullah Amin (Director for Climate Change), Mr Lutfullah Sahibzada (Director of Coordination and Foreign Relations), serta Mr Zainul Abedin Abid (Deputy of National Environmental Protection Agency).
Mereka datang dengan misi khusus, yakni belajar langsung praktik penanggulangan bencana di Indonesia, khususnya di Kulon Progo yang dikenal aktif mengembangkan Desa Tangguh Bencana (Destana).
Karangwuni, Desa yang Siap Hadapi Tsunami
Lurah Karangwuni, Anwar Musadad, menyampaikan rasa bangganya bisa menjadi tuan rumah pembelajaran mitigasi bencana. Ia menyebut, kehadiran delegasi Afghanistan memberi semangat baru bagi warganya.
“Terima kasih kepada BNPB, kami telah mendapatkan Rolling Warning System yang sudah terpasang di Karangwuni. Alhamdulillah, ini sangat membantu untuk menghadapi ancaman tsunami,” katanya.
Bagi Anwar, pertemuan ini bukan sekadar kunjungan formal, melainkan ruang belajar bersama. Ia berharap pengalaman kecil dari Karangwuni bisa memberi manfaat, tidak hanya bagi warganya, tetapi juga bagi masyarakat Afghanistan yang menghadapi risiko bencana serupa.
Sekretaris Daerah Kulon Progo, Triyono menegaskan, kolaborasi menjadi kunci persoalan mitigasi bencana. Kulon Progo saat ini menjadi bagian dari Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP) dengan dukungan World Bank. Program tersebut mencakup penyusunan rencana kontingensi tsunami, pemasangan rambu evakuasi, hingga pembangunan sistem peringatan dini.
“Keberhasilan yang berhasil diraih merupakan hasil sinergi, kolaborasi dan semangat gotong royong semua pihak. Kami yakin keberlanjutan program ini akan memperkuat ketangguhan masyarakat, sekaligus menjadi praktik baik bagi daerah lain maupun mitra internasional,” ungkap Triyono.
Direktur Kesiapsiagaan BNPB Kulon Progo, Pangarso Suryotomo menambahkan, alasan dipilihnya Kulon Progo sebagai lokasi studi adalah karena keberhasilan nyata dalam mengimplementasikan program Destana.
“Di Kalurahan Karangwuni, penguatan kapasitas masyarakatnya sudah berjalan baik, rambu-rambu evakuasi lengkap, serta sistem peringatan dini yang aktif digunakan,” ujarnya.
Afghanistan Menyimak dan Belajar
Bagi delegasi Afghanistan, kunjungan ke Desa Karangwuni menjadi pengalaman berharga. Mr Zainul Abedin Abid menyampaikan rasa kagumnya pada kesiapsiagaan masyarakat setempat.
“Bencana adalah masalah bersama. Afghanistan baru saja dilanda gempa besar. Kami sangat membutuhkan kolaborasi internasional. Apa yang kami lihat di sini menjadi inspirasi,” ucapnya.
Ia bahkan secara resmi mengundang BNPB dan pemerintah daerah Indonesia untuk berkunjung ke Afghanistan, membuka peluang kerja sama lebih erat dalam bidang penanggulangan bencana.
Kegiatan kunjungan tidak berhenti di ruang pertemuan. Delegasi Afghanistan juga diajak meninjau rambu evakuasi, sistem peringatan dini (EWS), hingga menyusuri jalur evakuasi akhir di Kalurahan Sogan. Simulasi aktivasi sirene peringatan dini turut digelar, memperlihatkan bagaimana warga bisa bergerak cepat menuju titik aman.
Pangarso menegaskan, pembelajaran dari Kulon Progo bukan hanya untuk Afghanistan.
“November nanti, kami juga akan menerima kunjungan delegasi dari Fiji. Ini membuktikan bahwa model ketangguhan desa yang kita bangun diakui dunia,” katanya.
Kunjungan ini menjadi penanda bahwa kerja sama internasional bukan sekadar diplomasi, melainkan ikhtiar nyata menyelamatkan nyawa. Dari sebuah desa kecil di pesisir Kulon Progo, Indonesia mengajarkan satu hal penting, yakni ketangguhan yang lahir dari kebersamaan.
Seperti disampaikan Mr Abid di akhir sambutannya, membangun masyarakat tangguh adalah tanggung jawab global.
“Di sini, kami belajar bahwa hal itu dimulai dari desa,” pungkasnya. (nw)