NEWSWAY.ID, PULANG PISAU – Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Pulang Pisau bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya menggelar sosialisasi pendidikan advokasi untuk pendampingan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).


Acara ini diadakan di Aula Banama Tingang Kantor Bupati pada Kamis (1/8/2024), dengan jumlah peserta sebanyak 85 orang.



Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pulang Pisau, Sri Putri Pratiwi, menyampaikan bahwa semua anak, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), memiliki hak yang sama untuk mengakses pendidikan.

“Saat ini, kami sedang menyiapkan tenaga pendidik yang siap secara Sumber Daya Manusia untuk melakukan pembinaan dan intervensi terhadap anak-anak berkebutuhan khusus,” kata Putri.

Putri menjelaskan bahwa program advokasi ini bertujuan untuk membekali tenaga pendidik di berbagai tingkatan satuan pendidikan, mulai dari PAUD, SD, hingga SMP, agar mereka dapat memberikan perhatian yang lebih kepada ABK.
Harapannya, anak-anak berkebutuhan khusus dapat menikmati pendidikan yang setara tanpa merasa tersisih.
Mengenai fasilitas pendidikan, Putri menyebutkan bahwa saat ini masih dalam tahap penyempurnaan.
Beberapa sekolah sudah memiliki fasilitas pendukung untuk ABK, sementara yang lain masih dalam proses.
Ke depan, diharapkan setiap kecamatan memiliki perwakilan, dan semua satuan pendidikan akan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai untuk ABK.
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Palangka Raya, Haris Munandar, menyatakan bahwa pendampingan untuk ABK kini lebih terstruktur dan sistematis.
Guru-guru wajib memiliki kompetensi dasar dalam melakukan asesmen terhadap ABK.
“Semua guru harus memiliki kompetensi dasar dalam pendampingan terhadap ABK untuk memahami kebutuhan mereka. Masyarakat umum mungkin hanya mengenal ABK secara umum seperti tuna rungu, tuna wicara, atau tuna daksa. Namun, dalam dunia pendidikan, pemahaman ini harus lebih spesifik, termasuk mengenali gangguan dalam proses belajar,” jelas Haris.
Haris juga menambahkan bahwa program vokasi ini hadir untuk membekali para guru dalam mengidentifikasi dan mengenali ABK secara lebih spesifik, sehingga mereka mampu menangani kebutuhan pendidikan ABK di jenjang SD hingga SMP.