NEWSWAY.CO.ID, MARTAPURA – Penyakit Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan yang serius di Kabupaten Banjar. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2024, Indonesia menempati peringkat kedua jumlah kasus TBC terbanyak di dunia setelah India.

Kondisi ini turut tercermin di Kabupaten Banjar, meski tingkat kasus tidak hanya diukur dari jumlah angka, melainkan harus disesuaikan dengan jumlah penduduk.

Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar, Mariana mengungkapkan, rendahnya kesadaran masyarakat untuk berobat menjadi salah satu penyebab TBC masih terus ditemukan setiap tahun.

“Banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya pemeriksaan dan pengobatan TBC secara tuntas sehingga penularan tetap terjadi,” ucapnya saat dikonfirmasi, Jumat (8/8/2025).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Banjar, pada tahun 2023 estimasi kasus TBC mencapai 2.282 dengan penemuan 1.136 kasus. Tahun 2024 estimasi kasus menurun menjadi 2.058 dengan penemuan 1.297 kasus. Sementara pada Januari hingga Juni 2025, estimasi kasus tercatat 1.772 dengan penemuan 557 kasus. Mariana menegaskan bahwa penemuan kasus yang tinggi justru menjadi hal positif.

(Foto : Dinas Kesehatan Banjar/newsway.co.id)
“Semakin banyak yang kami temukan, semakin banyak pula yang diobati, sehingga rantai penularan bisa diputus,” jelasnya.
TBC juga masih menjadi penyakit yang mematikan. Pada 2024 tercatat 39 orang meninggal akibat TBC, sedangkan pada periode Januari–Juni 2025 terdapat 11 kematian.
Untuk menekan angka kasus, Dinas Kesehatan Banjar melakukan skrining aktif terhadap masyarakat yang memiliki gejala TBC serta kepada mereka yang tinggal serumah dengan pasien positif. Kontak serumah pasien diberikan obat pencegahan guna memutus rantai penularan. Sosialisasi juga gencar dilakukan di sekolah maupun di lingkungan masyarakat umum.
Selain itu, pemerintah daerah telah menerbitkan Peraturan Bupati tentang TBC serta membentuk Tim Percepatan Penanggulangan TBC. Dinkes Banjar juga menjalin kerja sama dengan Baznas untuk memberikan paket sembako kepada kontak pasien sebagai insentif agar mau memeriksakan dahak. Pasien yang menjalani pengobatan mendapatkan makanan tambahan berupa susu.
Dalam upaya percepatan penemuan kasus, pengadaan alat Tes Cepat Molekuler (TCM) turut ditambah.
“Kami akan terus berupaya memastikan masyarakat yang berisiko bisa segera terdeteksi dan mendapatkan pengobatan, agar TBC tidak lagi menjadi ancaman serius di Kabupaten Banjar,” tegas Mariana. (nw)